Pages

Rabu, 11 Januari 2017

PATI TEMU HITAM

  BAB I
PENDAHULUAN


Latar Belakang

Mie merupakan salah satu jenis makanan olahan yang sangat digemari oleh berbagai lapisan masyarakat di Indonesia. Mie disukai karena penyajiannya yang mudah dan cepat, mie juga dapat digunakan sebagai variasi menu pengganti nasi. Namun, mie yang beredar di masyarakat saat ini memiliki   beberapa kelemahan yaitu dapat mengancam kesehatan karena di dalamnya terkandung bahan pengawet dan pewarna yang dapat menyebabkan gangguan metabolisme, juga keguguran, MSG, propylene glycol yang dapat menyebabkan kerusakan organ dan melemahkan sistem kekebalan tubuh, styrofoam yang dapat  menyebabkan kanker, kemudian tingginya natrium yang dapat menyebabkan hipertensi, penyakit jantung, stroke, dan kerusakan ginjal, juga obesitas karena mengandung lemak yang tinggi (Sumber: Artikel nuchesehatan waspada-bahaya-konsumsi-mie).
Braden Kuo, seorang ahli pencernaan melakukan sebuah observasi melalui kamera kecil yang dimasukkan ke perut. Hasil observasinya mengungkapkan bahwa mie instan sangat sulit dicerna oleh perut. Sistem pencernaan membutuhkan waktu berjam-jam untuk mencerna mie. Hal ini sangat tidak baik bagi sistem pencernaan (Sumber: diarykesehatan.com).
Penggunaan tepung terigu sebagai bahan baku pembuatan mie banyak digunakan sebagai bahan pokok berbagai produk pangan. Berdasarkan data dari El Hida 2013 jumlah impor bahan pangan yang tertinggi adalah gandum mancapai 6,3 juta ton. Hal ini menunjukan ketergantungan Indonesia terhadap gandum dapat dikatakan sudah sangat kronis karena dimasyarakat makanan pokok kedua setelah beras adalah gandum. Gandum sudah menyebar merata di setiap lapisan masyarakat mulai dari mie, roti, kue, snack, dan gorengan yang dijual di kaki lima. Tanpa disadari impor gandum dalam jumlah yang fantastis ini dapat mengancam stabilitas perekonomian negara karena harga akan dikendalikan oleh negara-negara produsen sedangkan negara konsumen dalam hal ini adalah Indonesia hanya dapat menerima berapapun harga yang ditawarkan sehingga dapat menguras habis anggaran belanja. Apabila terjadi keadaan demikian pastinya Indonesia menjadi negara yang sangat dirugikan karena 100% gandum yang dikonsumsi oleh masyarakat berasal dari luar negeri. Upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi ketergantungan penggunaan tepung terigu yaitu  dengan cara mencari berbagai alternatif bahan pokok produk pangan baru yang   dapat digunakan dengan memanfaatkan potensi tanaman lokal yang tersedia di masyarakat, salah satunya adalah temu hitam.

Temu hitam (Curcuma  aeruginosa  Roxbmerupakan satu dari berbagai jenis tanaman yang banyak terdapat di Indonesia yang belum dimanfaatkan secara maksimal, padahal memiliki potensi sebagai pangan alternatif yaitu dapat dimanfaatkan untuk pembuatan tepung. Namun, potensi tersebut belum dimanfaatkan secara optimal oleh masyarakat Indonesia karena kurangnya pemahaman akan potensi yang dimilikinya. Tanaman temu hitam (Curcuma aeruginosa Roxb) ini banyak terdapat di Indonesia dikarenakan iklim di Indonesia yang cocok dengan pertumbuhannya. Temu hitam banyak ditemukan tumbuh liar di hutan jati, padang rumput, atau di ladang pada ketinggian 400-750 m dpl. Temu hitam ini mempunyai tinggi 1-2 m, berbatang semu yang tersusun atas kumpulan pelepah daun berwarna hijau atau cokelat gelap. Daun tunggal bertangkai panjang 2-9 helai (Anonim, 11).
Bagian pada tanaman temu hitam yang dapat digunakan untuk membuat tepung adalah rimpangnya yang merupakan umbi dari tanaman tersebut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rimpang temu hitam mempunyai kandungan air 10,38%, minyak atsiri 0,52%, lemak 3,80%, protein  1,0%,   dan  pati  49,56%  (Sutaryo  et  al,  2003).
Komponen pati temu hitam yang cukup tinggi yaitu 49,56% sangat  berpotensi untuk diekstraksi dan dijadikan sebagai salah satu bahan sumber pati. Pati temu hitam mempunyai kadar air 8,34%, abu 0,20%, lemak 0,75%, protein 0,80%, serat kasar 0,97%, amilosa 24,45% dan amilopektin 75,54%.  Karakteristik fisik pati temu hitam yaitu rendemen 24,28%, granula pati 22 µm, absorbsi air 1,81 g/g, absorsi minyak 1,92 g/g, dan derajat putih 77,02% (Purnama, 2004). Temu hitam juga memiliki khasiat diantaranya dapat meningkatkan nafsu makan, juga banyak digunakan sebagai obat tradisional untuk mengobati penyakit kulit dan keputihan (Sumber: Artikel info tanaman herbal).

Berdasarkan dua kondisi di atas maka kami tertarik untuk menjadikan pati temu hitam sebagai bahan dasar pembuatan mie yang akan diproduksi. Apalagi di daerah Banten sendiri masih sedikit jika dilihat dari segi kekhasan makanan kulinernya. Mie yang akan diproduksi tidak menggunakan bahan pengawet atau bahan kimia lainnya, sehingga produk mie yang dihasilkan merupakan mie yang tidak mengancam kesehatan sekaligus dapat mengatasi ketergantungan terhadap tepung terigu tanpa mengurangi tingkat kegemaran masyarakat terhadap mie.

0 komentar:

Posting Komentar