Tetes kesejukan embun saat pagi hari
Iringi surya yang baru membuka matanya
Kerlip sinar puaskan hawa dingin
Jelajahi dunia yang tak beraturan
Saat aku kembali memandangi
Lukisan-lukisan abstrak hijau nan serasi
Saat warna hijau itu gemerlap tak terbendung
Terselip beberapa lembar biru yang yang berkabut
Bumiku yang indah
Estetika Mahakarya Sang Pencipta
Bumiku layu tak seperti saat aku bermimpi
Lunturnya lukisan Tuhan karena kecipratan sedikit darah
Hijau kini mulai menguning
Dan biru kini tak lagi nampak bening
Hitam dimana-mana
Lembar-lembar daun tak berani berkata
Mereka punah oleh timbunan kabut
Kabut asap yang madlorotnya hingga tata surya
Bumiku layu tak seperti saat aku pertama membuka mata
Saat burung-burung itu gembira tertawa
Memang aku baru terbangun dari dimensi ruang waktu
Tapi bumiku suguhkan tarian lewat alunan angin dan daun bak ratu
Bumiku layu tak seperti pertama aku berkenalan
Dia nampak anggun dengan rangkaian rambut hijaunya
Matanya yang biru bius sejuta mata pengagumnya
Ia tak pernah mengeluh pada siapapun
Pun pada saat langit membiusnya dengan derai air mata
Ia masih bisa melukis pelangi dalam senyumnya
Bumiku layu tak bertenaga
Saat ia meronta-meronta meminta bantuan
Saat rintihannya hanya jadi rintihan
Kemanakah mereka yang menamai dirinya Khalifah Tuhan
Telah berikan luka bakar yang kini tak kunjung hilang
Bumiku layu tak lagi gagah
Saat rentetan duri menikam punggung bungkuknya
Ia lemah ia terluka
Dari serangan manusia gila tak bernyawa
Sungai air matanya isyarat betapa sakit hatinya
Menimbun mayat-mayat penuh dosa dalam dirinya
Ia ingin muntah, ia ingin teriak
Perlakukan aku seperti kau memperlakukan perutmu
Sayangi aku seperti kau menyayangi pacar harammu
Bumiku layu ia lemas
Haus akan derai air mata lewat ayat Penciptanya
Rindu saat ia bisa menerima kerudung untuk tutup mahkotanya
Ia merindukan orang yang tak kunjung menari di hadapanya
Suguhkan tarian yang saat ia membuka mata
Terbentang seribu titik-titik biru dalam matanya
Bumiku dulu segar kini layu
Bumiku dulu gagah kini malu
Bumiku dulu perawan kini menjadi nafsu komersial
0 komentar:
Posting Komentar