BAB
III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode
Penelitian
Penelitian
ini merupakan quasi experiment yaitu penelitian yang melibatkan dua kelas
berbeda, yakni kelas kontrol dan kelas eksperimen. Penelitian ini dilakukan
untuk melihat apakah kemampuan pemecahan masalah dan disposisi matematis siswa di
kelas eksperimen yang diberikan Strategi habits
of mind lebih baik daripada kelas kontrol yang tidak diberikan strategi habits of mind. Sebelum pembelajaran
dimulai, masing-masing kelas diberi pre-test dan untuk mengetahui pengaruh dari
pembelajaran tersebut diakhiri dengan pemberian post-test. metode yang digunakan
dalam penelitian ini adalah metode quasi experiment, dan desain yang digunakan
adalah “Nonequivalent Control Group
Design” (Sugiyono, 2009, hlm.116). Satu kelompok dijadikan sebagai kelompok
eksperimen dan satu kelompok dijadikan kelompok kontrol. Kedua kelompok
diberikan tes awal dan tes akhir. Pada kelompok eksperimen diberikan perlakuan
yang berbeda dengan kelompok kontrol.
Diagram desain
penelitiannya sebagai berikut:
0 X 0
-
- - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
0 X 0
(Rusefendi, 2005: 53)
Keterangan
:
0 : Pretest/posttest kemampuan pemecahan
masalah matematis
X : Kelas eksperimen yang diberikan
strategi HOM
-
- - - : Pengambilan subjek tidak secara
acak
Selanjutnya,
untuk melihat pengaruh Strategi habits of
mind pada kemampuan pemecahan masalah maternatis siswa, maka dalam
penelitian ini melibatkan tingkat kemampuan rnatematika siswa (tinggi, sedang,
rendah). Keterkaitan antar variabel bebas, terikat, dan kontrol disajikan dalam
tabel 3.1 berikut:
Tabel 3.1 Korelasi antara Kemampuan Pemecahan Masalah Dan
Disposisi Matematis, KAM, Dan Strategi Habits
of mind
Kelompok KAM Siswa
|
Kemampuan
Pemecahan Masalah
|
Disposisi
Matematis
|
||
Strategi HOM
|
Pembelajaran konvensional
|
Strategi HOM
|
Pembelajaran konvensional
|
|
Tinggi
|
KPM TH
|
KPM TK
|
DM TH
|
DM TK
|
Sedang
|
KPM SH
|
KPM SK
|
DM SH
|
DM SK
|
Rendah
|
KPM RH
|
KPM RK
|
DM RH
|
DM RH
|
B. Subjek
Penelitian
Subjek penelitian
ini adalah siswa XI SMAN 1 Ciruas pada semester ganjil tahun ajaran 2017/2018
program Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dengan mengambil sampel penelitian sebanyak
71 orang siswa yang terdiri dari 35 orang siswa yang memperoleh pembelajaran dengan
strategi HOM dan 36 orang siswa yang memperoleh pembelajaran dengan strategi
konvensional (tanpa perlakuan HOM). Adapun alasan pemilihan kelas adalah karena
kelas XI sudah memiliki pengalaman belajar yang cukup, sehingga dapat
menyelesaikan soal-soal pemecahan masalah matematis dan kemampuan berpikirnya
pun sudah ada.
Selanjutnya siswa
untuk setiap kelas dikelompokkan menjadi tiga kategori,
yaitu kategori
tinggi, sedang, dan rendah. Siswa yang termasuk dalam ketiga
kategori tersebut
diperoleh dari nilai matematika pada raport terakhir di kelas X semester 2.
Tabel 3.2 Kriteria Pengelompokkan Kemampuan Awal
Matematis Siswa
Kelompok Kemampuan
|
Kriteria
|
Tinggi
|
Nilai matematika siswa ≥ ̅x + s
|
Sedang
|
Nilai matematika siswa di antara ̅x– s dan ̅x+ s
|
Rendah
|
Nilai matematika siswa ≤ ̅x- s
|
Adapun tujuan dikelompokkannya siswa menjadi kategori
tinggi, sedang, dan rendah ialah peneliti ingin melihat sejauh mana strategi
HOM ini berpengaruh terhadap kemampuan siswa. Karena bagi siswa yang termasuk
ke dalam kategori tinggi belum tentu kemampuannya meningkat karena strategi HOM.
Kemudian siswa yang berada di kelompok
rendah belum tentu kemampuannya bisa meningkat karena strategi HOM. Bisa jadi
karena ada faktor lain yang memicu peningkatan kemampuan matematisnya. Untuk
itulah, dalam penelitian ini siswa dikelompokkan menjadi tiga kategori.
C. ANALISIS
DATA
1. Tes
Kemampuan Pemecahan Masalah
Kemampuan
matematis yang akan diukur ialah kemampuan pemecahan masalah siswa setelah
mereka mendapatkan pernbelajaran dengan menggunakan strategi HOM. Adapun
indikator kemampuan pemecahan masalah matematis ialah: kemampuan siswa dalam menemukan
cara penyelesaian dari suatu masalah non rutin dan kompleks. Siswa dikatakan
mempunyai kemampuan pemecahan masalah yang tinggi apabila siswa bisa
menyelesaikan soal-soal pemecahan masalah dengan indikator sebagai berikut:
memahami masalah, merencanakan penyelesaian, dan melaksanakan rencana
Pedoman penyekoran
tes kemampuan pemecahan masalah matematis disajikan pada tabel 3.4 berikut.
Tabel 3.4 Pedoman Penyekoran Kemampuan Pemecahan Masalah
Memahami Masalah
|
Merencanakan Penyelesaian
|
Melakukan Perhitungan
|
Skor
|
Salah menginterpretasikan soal
|
Tidak ada rencana
|
Tidak melakukan perhitungan
|
0
|
Salah menginterpretasikan sebagian soal, mengabaikan kondisi soal
|
Membuat rencana pemecahan yang tidak dapat diselesaikan
|
Melaksanakan prosedur yang benar
dan mungkin
menghasilkan jawaban benar tetapi salah
perhitungan
|
1
|
Memahami masalah
dalam soal tidak
lengkap
|
Membuat rencana yang
benar tetapi salah dalam
hasil atau tidak ada hasil
|
Melakukan proses yang benar dan mendapat hasil yang benar
|
2
|
Memahami masalah
dalam soal secara
lengkap
|
Membuat rencana yang
benar, tetapi belum lengkap
|
|
3
|
|
Membuat rencana sesuai dengan prosedur
dan mengarah pada solusi yang benar
|
|
4
|
Tes daya pemecahan
masalah matematis terdiri dari tujuh soal. Untuk melihat kualitas soal maka
dilakukanlah uji validitas dan reliabilitas butir soal. Bentuk soal tes kemampuan
pemecahan rnasalah ini ialah essay. Untuk memperoleh soal tes yang baik maka
soal tes akan diujicobakan terlebih dahulu agar diketahui validitasnya. Validasi
soal tes diukur dengan menggunakan korelasi product moment pearson dengan
mengkorelasikan skor yang diperoleh siswa pada satu butir soal dengan skor
total.
Data yang
diperlukan dalam rumus:
X = Skor yang diperoleh subyek dari
seluruh item
Y = Skor total yang diperoleh dari seluruh
item
ΣX = Jumlah skor dalam distribusi X
ΣY = Jumlah skor dalam distribusi Y
ΣX2 = Jumlah kuadrat dalam skor distribusi X
ΣY2 = Jumlah kuadrat dalam skor distribusi Y
N = Banyaknya responden
Berikut kriteria nilai validitas tersaji dalam tabel 3.5
Tabel 3.5 Daftar Indeks Validitas
Indeks validitas
|
Tingkat validitas
|
0,90 - 1,00
|
Sangat tinggi
|
0,70 - 0,90
|
Tinggi
|
0,40 - 0,70
|
Cukup
|
0,20-0,40
|
Rendah
|
0,00 – 0,20
|
Kecil
|
Kemudian diuji
juga tingkat kesukaran dan daya pembeda soal. Perhitungan indeks kesukaran soal
pemecahan masalah dilakukan dengan bantuan program excel.
Tingkat kesukaran adalah suatu parameter untuk menyatakan
bahwa item soal adalah mudah, sedang, dan sukar. Tingkat kesukaran dapat
dihitung dengan rumus:
P =
dimana : P = Indeks Kesukaran
B = Banyak siswa
yang menjawab soal itu dengan benar
JS = Jumlah
seluruh siswa peserta test
Untuk menentukan apakah soal tersebut dikatakan baik atau
tidak baik sehingga perlu direvisi, kriterianya adalah seperti pada tabel 3.10
sebagai berikut :
Tabel 3.10 Tingkat Kesukaran dan Kriteria
No
|
Rentang Nilai Tingkat Kesukaran
|
Klasifikasi
|
1
|
0,70 ≤ TK ≤ 1,00
|
Mudah
|
2
|
0,30 ≤ TK < 0,70
|
Sedang
|
3
|
0,00 ≤ TK < 0,30
|
Sukar
|
Selanjutnya akan dihitung daya pembeda dari setiap soal
dimana hal tersebut dilakukan agar soal yang diberikan benar-benar dapat
membedakan antara siswa
yang berkemampuan tinggi, sedang, dan rendah. Sebuah soal
dikatakan memiliki
daya pembeda yang baik apabila siswa berkemampuan tinggi
dapat menjawab
soal dengan baik, dan siswa dengan kemampuan rendah tidak
dapat menjawab
soal dengan baik.
Daya pembeda suatu butir soal menyatakan seberapa jauh
kemampuan butir
soal tersebut mampu membedakan antara siswa yang dapat
menjawab soal dengan
siswa yang tidak dapat menjawab soal. Daya pembeda suatu
soal tes dapat
dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
D =
-
=
Pa - Pb
dimana : D = indeks diskriminasi (daya pembeda)
Ja = banyaknya
peserta kelompok atas
Jb = banyaknya
peserta kelompok bawah
Ba = banyaknya
peserta kelompok atas yang menjawab benar
Bb = banyaknya
peserta kelompok bawah yang menjawab benar
Pa = proporsi
peserta kelompok atas yang menjawab benar
Pb = proporsi
peserta kelompok bawah yang menjawab benar
2. Tes
Disposisi Matematis Siswa
Untuk
mengetahui bagaimana kemampuan disposisi matematis siswa, maka digunakan
instrumen angket dalam bentuk skala sikap. Angket merupakan teknik pengumpulan
data yang dilakukan tertulis dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau
pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya. Angket sering digunakan
untuk menilai hasil belajar ranah afektif. Ia dapat berupa kuesioner bentuk
pilihan ganda (multiple choice item) dan dapat pula berbentuk skala sikap.
Skala yang mengukur sikap, sangat terkenal dan sering digunakan untuk
mengungkapkan sikap peserta didik adalah skala likert.
Penelitian ini
menggunakan instrument skala likert untuk mengetahui disposisi matematis siswa.
Dilihat dari cara menjawabnya, skala sikap termasuk ke dalam kategori angket tertutup,
karena angket telah disediakan jawabannya sehingga responden (siswa) tinggal
memilih jawaban yang tersedia dengan pilihan: selalu, sering, jarang, dan tidak
pernah. Dengan menggunakan skala likert yang terdiri dari 2 jenis pernyataan,
yakni pernyataan positif dan pernyataan negatif. Karena itu skala likert diberi
4 pilihan jawaban agar siswa dapat memilih jawaban sesuai dengan pendapatnya. Indikator-indikator
dari disposisi matematis adalah menunjukkan gairah dalam belajar matematika,
menunjukkan perhatian yang serius dalam belajar, menunjukkan kegigihan dalam
menghadapi permasalahan, menunjukkan rasa percaya diri dalam belajar dan
menyelesaikan masalah, serta kemampuan untuk berbagi dengan orang lain.
Pedoman penyekoran
tes kemampuan pemecahan masalah matematis
disajikan pada
tabel 3.16 berikut
Tabel 3.16 Kisi-Kisi Disposisi Matematis
Indikator
|
+
|
-
|
Nomor Pernyataan
|
Menunjukkan gairah dalam belajar matematika
|
ü
ü
|
ü
ü
|
1
2
3
4
|
Menunjukkan perhatian yang serius dalam belajar
|
ü
ü
ü
|
ü
ü
ü
|
5
6
7
8
9
10
|
Menunjukkan kegigihan dalam menghadapi permasalahan
|
ü
ü
ü
ü
|
ü
ü
ü
|
11
12
13
14
15
16
17
|
Menunjukkan rasa percaya diri dalam belajar dan menyelesaikan masalah
|
ü
ü
ü
|
ü
ü
ü
|
18
19
20
21
22
23
|
Kemampuan untuk berbagi dengan orang lain
|
ü
ü
|
ü
ü
ü
|
24
25
26
27
28
|
Pengujian disposisi
matematis terdiri dari 28 pernyataan. Untuk melihat kualitas pernyataan maka
dilakukanlah uji validitas dan reliabilitas butir soal. Untuk memperoleh soal
non tes yang baik maka soal tes akan diujicobakan agar diketahui validitas dan
reliabilitasnya. Validasi soal nontes diukur dengan menggunakan korelasi
product moment pearson dengan mengkorelasikan skor yang diperoleh siswa pada
satu butir soal dengan skor total.
3. Pedoman
Wawancara
Kegiatan
wawancara dilakukan untuk mengetahui lebih mendalam mengenai penyelesaian soal
yang dilakukan mereka tentang kemampuan pemecahan masalah dan disposisi
matematis siswa kelas XI. Tujuan diadakannya wawancara adalah untuk menggali
lebih lanjut tentang kesalahan, kekeliruan, maupun kegagalan siswa dalam proses
penyelesaian soal-soal pemecahan masalah serta sikap siswa setelah mengisi
lembaran angket disposisi matematis.
Langkah-langkah dalam penganalisisan data dalam
penelitian ini menggunakan 2 teknik analisis data yaitu
a.
Analisis
statistik deskriptif
Analisis
data deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan data. Data yang dideskripsikan
adalah hasil pretes dan postes dari kelas eksperimen dan kelas kontrol, serta
gain kelas eksperimen digunakan teknik statistik yang meliputi rata-rata
(mean), ragam (variansi), dan simpangan baku (standar deviasi).
Fungsi
uatama dari analisis deskriptif ini adalah untuk menampilkan informasi secara
statistik dari variabel – variabel yang ada. Informasi statistik ini akan
disajikan dalam berbagai bentuk data.
b.
Analisis
statistik inferensial
Statistik
inferensial adalah statistik yang digunakan untuk menganalisis data sampel, dan
hasilnya akan digeneralisasikan (diinferensikan) untuk populasi di mana sampel
diambil (Sugiyono, 2010: 23) berikut
adalah tahap analisis yang digunakan ;
1) Uji
prasyarat
a.
Uji
Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data
hasil penelitian berdistribusi normal atau tidak. Data yang berdistribusi
normal apabila dibuatdalam bentuk kurva akan menghasilkan kurva normal.
Pengujian normalitas data hasil penelitian dengan menggunakan uji Shapiro-Wilk
(uji W) dengan bantuan software SPSS. Syarat penggunaan uji Shapiro-Wilk ini
adalah jumlah data yang akan diujikan ≤ 50, dan data berasal dari sampel yang
dipilih secara acak dari suatu populasi. Adapun beberapa rumus yang digunakan
dalam uji Shapiro-Wilk ini yaitu :
a)
Pembagi
(d) uji W :
n : jumlah data
yang akan di ujikan
b)
Pembatas
(k) uji W :
c)
Rumus
Whitung (W) :
Nilai d berasal dari perhitungan rumus yang pertama. Nilai
batas sigma (k) berasal dari perhitungan rumus yang kedua. Seperti halnya uji
normalitas lainnya uji Shapiro-Wilk ini juga memiliki 2 buah hipotesis yang
diujikan, yaitu :
H0 : Sampel berasal dari populasi yang berdistribusi
normal
H1 : Sampel berasal dari populasi yang tidak
berdistribusi normal
Kriteria
pengujian yang digunakan dalam uji Shapiro-Wilk ini adalah apabila nilai
Whitung ≤ 0,05 maka data dikatakan tidak berdistribusi normal (H0 ditolak).
Sebaliknya apabila nilai Whitung > 0,05 maka data dikatakan berdistribusi
normal (H0 diterima).
b.
Uji
homogenitas
Uji
homogenitas digunakan untuk mengetahui apakah varians-varians dari pretest dan
postest serta gian pada kelas eksperimen dan kelas kontrol homogen atau tidak
homogen. Uji homogenitas dalam penelitian ini digunakan uji-F sebagai berikut:
F =
Hipotesis statistik:
Ho : varians
kedua data homogen
H1 : varians
kedua data tidak homogen
Dengan taraf signifikan α = 0,05 dkpembilang = n1 – 1 dan
dkpenyebut = n2 – 1, kriteria pengujian adalah sebagai berikut:
Jika Fhitung < Ftabel maka Ho diterima
Jika Fhitung ≥ Ftabel maka Ho ditolak
2) Uji
Parametrik
Setelah data
yang diuji berdistribusi normal dan diuji homogenitasnya maka dilanjutkan
dengan uji parametrik. Ada 3 langkah untuk menguji hipotesis ini, yang pertama
yaitu hipotesis mengenai kemampuan awal
berpikir kritis matematis dari kelas kontrol maupun kelas eksperimen,
data yang diuji adalah data pretes. Yang kedua menguji hipotesis rata-rata
kemampuan berpikir kritis matematis baik kelas eksperimen maupun kelas kontrol,
data yang digunakan untuk menguji hipotesis ini adalah data postes. Dan yang
ketiga adalah menguji hipotesis mengenai peningkatan kemampuan berpikir kritis
matematis siswa dikelas eksperimen dan kelas kontrol. Untuk mengujinya yaitu
menggunakan uji t. Berikut rumus dari uji t
t_hitung=
Keterangan :
n1 : jumlah
anggota sampel kelas eksperimen
n2 : jumlah
anggota sampel kelas kontrol
Hipotesis statistiknya adalah
H0 : μ_1
≤ μ_2
H1 : μ_1 >
μ_2
Dengan kriteria pengujian
Jika
≤
maka H0 diterima
Jika
>
maka H0 ditolak
3) Uji
non-parametrik
Statistik non
parametrik digunakan jika data yang akan diuji tidak berdistribusi normal. Uji
ini dapat dilakukan dengan menggunakan uji Man-Whitney U- tes adapun rumusnya
sebagai berikut (Sugiyono, 2012: 153)
U1 = n1n2 +
– R1
dan u2 = n1n2 +
– R2
Keterangan
U1 = jumlah peringkat kelompok eksperimen
U2 = jumlah peringkat kelompok kontrol
R1 = jumlah ranking pada n1
R2 = jumlah
ranking pada n2
n1 = jumlah sampel kelompok eksperimen
n2 = jumlah sampel kelompok eksperimen
dari hasil perhitungan tersebut, harga U yang lebih kecil
digunakan untuk pengujian dan membandingkan dengan U tabel.
c. Prosedur
Pelaksanaan Penelitian
1.
Tahap
Persiapan
Kegiatan
yang dilakukan pada tahap persiapan adalah: (1) melakukan kajian teoritis
mengenai strategi habits of mind,
kemampuan pemecahan masalah dan disposisi matematis, (2) mengembangkan bahan
ajar untuk kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, (3) menyusun instrumen tes
yang mengatur kemampuan pemecahan masalah dan disposisi matematis.
Kegiatan
selanjutnya adalah pelaksanaan uji coba instrumen kepada siswa yang tidak
termasuk ke dalam sampel penelitian.
2.
Tahap
Pelaksanaan
Kegiatan pada tahao ini adalah (1) pelaksanaan pretest
kemampuan pemecahan masalah matematis serta pengisian angket disposisi
matematis untuk kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, (2) pelaksanaan
pembelajaran menggunakan strategi habits
of mind pada kelas eksperimen dan pengisian lembar observasi pada kelas
eksperimen, serta pelaksanaan pembelajaran pada kelas kontrol, (3) pelaksanaan
postest kemampuan pemecahan masalah matematis, serta pengisian angket disposisi
matematis untuk kedua kelompok.
3.
Tahap
Pembuatan Laporan
Tahap
ini merupakan tahap terakhir di mana peneliti mengolah dan menganalisis
data,serta menulis laporan hasil penelitian.
d. Alur
Penelitian
0 komentar:
Posting Komentar