Pages

Rabu, 11 Januari 2017

METODE

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A.    Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan quasi experiment yaitu penelitian yang melibatkan dua kelas berbeda, yakni kelas kontrol dan kelas eksperimen. Penelitian ini dilakukan untuk melihat apakah kemampuan pemecahan masalah dan disposisi matematis siswa di kelas eksperimen yang diberikan Strategi habits of mind lebih baik daripada kelas kontrol yang tidak diberikan strategi habits of mind. Sebelum pembelajaran dimulai, masing-masing kelas diberi pre-test dan untuk mengetahui pengaruh dari pembelajaran tersebut diakhiri dengan pemberian post-test. metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode quasi experiment, dan desain yang digunakan adalah “Nonequivalent Control Group Design” (Sugiyono, 2009, hlm.116). Satu kelompok dijadikan sebagai kelompok eksperimen dan satu kelompok dijadikan kelompok kontrol. Kedua kelompok diberikan tes awal dan tes akhir. Pada kelompok eksperimen diberikan perlakuan yang berbeda dengan kelompok kontrol.
Diagram desain penelitiannya sebagai berikut:
 0                     X                     0
- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
0                      X                     0
 (Rusefendi, 2005:  53)
Keterangan :
0          : Pretest/posttest kemampuan pemecahan masalah matematis
X         : Kelas eksperimen yang diberikan strategi HOM
- - - -    : Pengambilan subjek tidak secara acak

Selanjutnya, untuk melihat pengaruh Strategi habits of mind pada kemampuan pemecahan masalah maternatis siswa, maka dalam penelitian ini melibatkan tingkat kemampuan rnatematika siswa (tinggi, sedang, rendah). Keterkaitan antar variabel bebas, terikat, dan kontrol disajikan dalam tabel 3.1 berikut:

Tabel 3.1 Korelasi antara Kemampuan Pemecahan Masalah Dan Disposisi Matematis, KAM, Dan Strategi Habits of mind
Kelompok KAM Siswa
Kemampuan Pemecahan Masalah
Disposisi Matematis
Strategi HOM
Pembelajaran konvensional
Strategi HOM
Pembelajaran konvensional
Tinggi
KPM TH
KPM TK
DM TH
DM TK
Sedang
KPM SH
KPM SK
DM SH
DM SK
Rendah
KPM RH
KPM RK
DM RH
DM RH

B.     Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah siswa XI SMAN 1 Ciruas pada semester ganjil tahun ajaran 2017/2018 program Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dengan mengambil sampel penelitian sebanyak 71 orang siswa yang terdiri dari 35 orang siswa yang memperoleh pembelajaran dengan strategi HOM dan 36 orang siswa yang memperoleh pembelajaran dengan strategi konvensional (tanpa perlakuan HOM). Adapun alasan pemilihan kelas adalah karena kelas XI sudah memiliki pengalaman belajar yang cukup, sehingga dapat menyelesaikan soal-soal pemecahan masalah matematis dan kemampuan berpikirnya pun sudah ada.
Selanjutnya siswa untuk setiap kelas dikelompokkan menjadi tiga kategori,
yaitu kategori tinggi, sedang, dan rendah. Siswa yang termasuk dalam ketiga
kategori tersebut diperoleh dari nilai matematika pada raport terakhir di kelas X semester 2.




Tabel 3.2 Kriteria Pengelompokkan Kemampuan Awal Matematis Siswa
Kelompok Kemampuan
Kriteria
Tinggi
Nilai matematika siswa ≥ ̅x + s
Sedang
Nilai matematika siswa di antara ̅x– s dan ̅x+ s
Rendah
Nilai matematika siswa ≤ ̅x- s

Adapun tujuan dikelompokkannya siswa menjadi kategori tinggi, sedang, dan rendah ialah peneliti ingin melihat sejauh mana strategi HOM ini berpengaruh terhadap kemampuan siswa. Karena bagi siswa yang termasuk ke dalam kategori tinggi belum tentu kemampuannya meningkat karena strategi HOM.  Kemudian siswa yang berada di kelompok rendah belum tentu kemampuannya bisa meningkat karena strategi HOM. Bisa jadi karena ada faktor lain yang memicu peningkatan kemampuan matematisnya. Untuk itulah, dalam penelitian ini siswa dikelompokkan menjadi tiga kategori.

C.    ANALISIS DATA
1.      Tes Kemampuan Pemecahan Masalah
Kemampuan matematis yang akan diukur ialah kemampuan pemecahan masalah siswa setelah mereka mendapatkan pernbelajaran dengan menggunakan strategi HOM. Adapun indikator kemampuan pemecahan masalah matematis ialah: kemampuan siswa dalam menemukan cara penyelesaian dari suatu masalah non rutin dan kompleks. Siswa dikatakan mempunyai kemampuan pemecahan masalah yang tinggi apabila siswa bisa menyelesaikan soal-soal pemecahan masalah dengan indikator sebagai berikut: memahami masalah, merencanakan penyelesaian, dan melaksanakan rencana
Pedoman penyekoran tes kemampuan pemecahan masalah matematis disajikan pada tabel 3.4 berikut.

Tabel 3.4 Pedoman Penyekoran Kemampuan Pemecahan Masalah
Memahami Masalah
Merencanakan Penyelesaian
Melakukan Perhitungan
Skor
Salah menginterpretasikan soal
Tidak ada rencana
Tidak melakukan perhitungan
0
Salah menginterpretasikan sebagian soal, mengabaikan kondisi soal
Membuat rencana pemecahan yang tidak dapat diselesaikan
Melaksanakan prosedur yang benar
dan mungkin
menghasilkan jawaban benar tetapi salah
perhitungan
1
Memahami masalah
dalam soal tidak
lengkap
Membuat rencana yang
benar tetapi salah dalam
hasil atau tidak ada hasil
Melakukan proses yang benar dan mendapat hasil yang benar
2
Memahami masalah
dalam soal secara
lengkap
Membuat rencana yang
benar, tetapi belum lengkap

3

Membuat rencana sesuai dengan prosedur
dan mengarah pada solusi yang benar

4
Tes daya pemecahan masalah matematis terdiri dari tujuh soal. Untuk melihat kualitas soal maka dilakukanlah uji validitas dan reliabilitas butir soal. Bentuk soal tes kemampuan pemecahan rnasalah ini ialah essay. Untuk memperoleh soal tes yang baik maka soal tes akan diujicobakan terlebih dahulu agar diketahui validitasnya. Validasi soal tes diukur dengan menggunakan korelasi product moment pearson dengan mengkorelasikan skor yang diperoleh siswa pada satu butir soal dengan skor total.
Data yang diperlukan dalam rumus:
X         =          Skor yang diperoleh subyek dari seluruh item
Y         =          Skor total yang diperoleh dari seluruh item
ΣX       =          Jumlah skor dalam distribusi X
ΣY       =          Jumlah skor dalam distribusi Y
ΣX2     =          Jumlah kuadrat dalam skor distribusi X
ΣY2     =          Jumlah kuadrat dalam skor distribusi Y
N         =          Banyaknya responden
Berikut kriteria nilai validitas tersaji dalam tabel 3.5
Tabel 3.5 Daftar Indeks Validitas
Indeks validitas
Tingkat validitas
0,90 - 1,00
Sangat tinggi
0,70 - 0,90
Tinggi
0,40 - 0,70
Cukup
0,20-0,40
Rendah
0,00 – 0,20
Kecil







Kemudian diuji juga tingkat kesukaran dan daya pembeda soal. Perhitungan indeks kesukaran soal pemecahan masalah dilakukan dengan bantuan program excel.
Tingkat kesukaran adalah suatu parameter untuk menyatakan bahwa item soal adalah mudah, sedang, dan sukar. Tingkat kesukaran dapat dihitung dengan rumus:
P =
dimana : P = Indeks Kesukaran
 B = Banyak siswa yang menjawab soal itu dengan benar
 JS = Jumlah seluruh siswa peserta test
Untuk menentukan apakah soal tersebut dikatakan baik atau tidak baik sehingga perlu direvisi, kriterianya adalah seperti pada tabel 3.10 sebagai berikut :
Tabel 3.10 Tingkat Kesukaran dan Kriteria
No
Rentang Nilai Tingkat Kesukaran
Klasifikasi
1
0,70 ≤ TK ≤ 1,00
Mudah
2
0,30 ≤ TK < 0,70
Sedang
3
0,00 ≤ TK < 0,30
Sukar

Selanjutnya akan dihitung daya pembeda dari setiap soal dimana hal tersebut dilakukan agar soal yang diberikan benar-benar dapat membedakan antara siswa
yang berkemampuan tinggi, sedang, dan rendah. Sebuah soal dikatakan memiliki
daya pembeda yang baik apabila siswa berkemampuan tinggi dapat menjawab
soal dengan baik, dan siswa dengan kemampuan rendah tidak dapat menjawab
soal dengan baik.
Daya pembeda suatu butir soal menyatakan seberapa jauh kemampuan butir
soal tersebut mampu membedakan antara siswa yang dapat menjawab soal dengan
siswa yang tidak dapat menjawab soal. Daya pembeda suatu soal tes dapat
dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
D =  -   = Pa - Pb
dimana : D = indeks diskriminasi (daya pembeda)
 Ja = banyaknya peserta kelompok atas
 Jb = banyaknya peserta kelompok bawah
 Ba = banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab benar
 Bb = banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab benar
 Pa = proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar
 Pb = proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar
2.      Tes Disposisi Matematis Siswa
Untuk mengetahui bagaimana kemampuan disposisi matematis siswa, maka digunakan instrumen angket dalam bentuk skala sikap. Angket merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan tertulis dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya. Angket sering digunakan untuk menilai hasil belajar ranah afektif. Ia dapat berupa kuesioner bentuk pilihan ganda (multiple choice item) dan dapat pula berbentuk skala sikap. Skala yang mengukur sikap, sangat terkenal dan sering digunakan untuk mengungkapkan sikap peserta didik adalah skala likert.
Penelitian ini menggunakan instrument skala likert untuk mengetahui disposisi matematis siswa. Dilihat dari cara menjawabnya, skala sikap termasuk ke dalam kategori angket tertutup, karena angket telah disediakan jawabannya sehingga responden (siswa) tinggal memilih jawaban yang tersedia dengan pilihan: selalu, sering, jarang, dan tidak pernah. Dengan menggunakan skala likert yang terdiri dari 2 jenis pernyataan, yakni pernyataan positif dan pernyataan negatif. Karena itu skala likert diberi 4 pilihan jawaban agar siswa dapat memilih jawaban sesuai dengan pendapatnya. Indikator-indikator dari disposisi matematis adalah menunjukkan gairah dalam belajar matematika, menunjukkan perhatian yang serius dalam belajar, menunjukkan kegigihan dalam menghadapi permasalahan, menunjukkan rasa percaya diri dalam belajar dan menyelesaikan masalah, serta kemampuan untuk berbagi dengan orang lain.
Pedoman penyekoran tes kemampuan pemecahan masalah matematis
disajikan pada tabel 3.16 berikut

Tabel 3.16 Kisi-Kisi Disposisi Matematis
Indikator
+
-
Nomor Pernyataan
Menunjukkan gairah dalam belajar matematika
ü   



ü   

ü   
ü   
1
2
3
4
Menunjukkan perhatian yang serius dalam belajar



ü   
ü   




ü   
ü   



ü   
ü   
5
6
7
8
9
10
Menunjukkan kegigihan dalam menghadapi permasalahan

ü   


ü   

ü   


ü   
ü   

ü   




ü   
11
12
13
14
15
16
17
Menunjukkan rasa percaya diri dalam belajar dan menyelesaikan masalah
ü   



ü   


ü   

ü   

ü   


ü   
18
19
20
21
22
23
Kemampuan untuk berbagi dengan orang lain




ü   
ü   
ü   
ü   

ü   
24
25
26
27
28

Pengujian disposisi matematis terdiri dari 28 pernyataan. Untuk melihat kualitas pernyataan maka dilakukanlah uji validitas dan reliabilitas butir soal. Untuk memperoleh soal non tes yang baik maka soal tes akan diujicobakan agar diketahui validitas dan reliabilitasnya. Validasi soal nontes diukur dengan menggunakan korelasi product moment pearson dengan mengkorelasikan skor yang diperoleh siswa pada satu butir soal dengan skor total.
3.      Pedoman Wawancara
Kegiatan wawancara dilakukan untuk mengetahui lebih mendalam mengenai penyelesaian soal yang dilakukan mereka tentang kemampuan pemecahan masalah dan disposisi matematis siswa kelas XI. Tujuan diadakannya wawancara adalah untuk menggali lebih lanjut tentang kesalahan, kekeliruan, maupun kegagalan siswa dalam proses penyelesaian soal-soal pemecahan masalah serta sikap siswa setelah mengisi lembaran angket disposisi matematis.
Langkah-langkah dalam penganalisisan data dalam penelitian ini menggunakan 2 teknik analisis data yaitu
a.    Analisis statistik deskriptif
          Analisis data deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan data. Data yang dideskripsikan adalah hasil pretes dan postes dari kelas eksperimen dan kelas kontrol, serta gain kelas eksperimen digunakan teknik statistik yang meliputi rata-rata (mean), ragam (variansi), dan simpangan baku (standar deviasi).
          Fungsi uatama dari analisis deskriptif ini adalah untuk menampilkan informasi secara statistik dari variabel – variabel yang ada. Informasi statistik ini akan disajikan dalam berbagai bentuk data.
b.    Analisis statistik inferensial
          Statistik inferensial adalah statistik yang digunakan untuk menganalisis data sampel, dan hasilnya akan digeneralisasikan (diinferensikan) untuk populasi di mana sampel diambil (Sugiyono, 2010:  23) berikut adalah tahap analisis yang digunakan ;
1)   Uji prasyarat
a.       Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data hasil penelitian berdistribusi normal atau tidak. Data yang berdistribusi normal apabila dibuatdalam bentuk kurva akan menghasilkan kurva normal. Pengujian normalitas data hasil penelitian dengan menggunakan uji Shapiro-Wilk (uji W) dengan bantuan software SPSS. Syarat penggunaan uji Shapiro-Wilk ini adalah jumlah data yang akan diujikan ≤ 50, dan data berasal dari sampel yang dipilih secara acak dari suatu populasi. Adapun beberapa rumus yang digunakan dalam uji Shapiro-Wilk ini yaitu :
a)      Pembagi (d) uji W :
  n : jumlah data yang akan di ujikan
b)      Pembatas (k) uji W :

c)      Rumus Whitung (W) :
Nilai d berasal dari perhitungan rumus yang pertama. Nilai batas sigma (k) berasal dari perhitungan rumus yang kedua. Seperti halnya uji normalitas lainnya uji Shapiro-Wilk ini juga memiliki 2 buah hipotesis yang diujikan, yaitu :

H0 : Sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal
H1 : Sampel berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal

          Kriteria pengujian yang digunakan dalam uji Shapiro-Wilk ini adalah apabila nilai Whitung ≤ 0,05 maka data dikatakan tidak berdistribusi normal (H0 ditolak). Sebaliknya apabila nilai Whitung > 0,05 maka data dikatakan berdistribusi normal (H0 diterima).
b.      Uji homogenitas
          Uji homogenitas digunakan untuk mengetahui apakah varians-varians dari pretest dan postest serta gian pada kelas eksperimen dan kelas kontrol homogen atau tidak homogen. Uji homogenitas dalam penelitian ini digunakan uji-F sebagai berikut:
F =
Hipotesis statistik:
Ho     : varians kedua data homogen
H1     : varians kedua data tidak homogen
Dengan taraf signifikan α = 0,05 dkpembilang = n1 – 1 dan dkpenyebut = n2 – 1, kriteria pengujian adalah sebagai berikut:
Jika Fhitung < Ftabel maka Ho diterima
Jika Fhitung ≥ Ftabel maka Ho ditolak
2)      Uji Parametrik
Setelah data yang diuji berdistribusi normal dan diuji homogenitasnya maka dilanjutkan dengan uji parametrik. Ada 3 langkah untuk menguji hipotesis ini, yang pertama yaitu hipotesis mengenai kemampuan awal  berpikir kritis matematis dari kelas kontrol maupun kelas eksperimen, data yang diuji adalah data pretes. Yang kedua menguji hipotesis rata-rata kemampuan berpikir kritis matematis baik kelas eksperimen maupun kelas kontrol, data yang digunakan untuk menguji hipotesis ini adalah data postes. Dan yang ketiga adalah menguji hipotesis mengenai peningkatan kemampuan berpikir kritis matematis siswa dikelas eksperimen dan kelas kontrol. Untuk mengujinya yaitu menggunakan uji t. Berikut rumus dari uji t
t_hitung= 
Keterangan :
        : rata rata sampel kelas eksperimen
        :  rata rata sampel kelas kontrol
      : varian sampel kelas eksperimen
      : varian sampel kelas kontrol
n1        : jumlah anggota sampel kelas eksperimen
n2        : jumlah anggota sampel kelas kontrol
Hipotesis statistiknya adalah
H0       : μ_1 ≤  μ_2
H1        : μ_1 >  μ_2
Dengan kriteria pengujian
Jika  maka H0 diterima
Jika  maka H0 ditolak
3)      Uji non-parametrik
Statistik non parametrik digunakan jika data yang akan diuji tidak berdistribusi normal. Uji ini dapat dilakukan dengan menggunakan uji Man-Whitney U- tes adapun rumusnya sebagai berikut (Sugiyono, 2012:  153)
U1 = n1n2 +  – R1  dan  u2 = n1n2 +  – R2
Keterangan
U1 = jumlah peringkat kelompok eksperimen
U2 = jumlah peringkat kelompok kontrol
R1 = jumlah ranking pada n1
R2 =  jumlah ranking pada n2
n1 = jumlah sampel kelompok eksperimen
n2 = jumlah sampel kelompok eksperimen
dari hasil perhitungan tersebut, harga U yang lebih kecil digunakan untuk pengujian dan membandingkan dengan U tabel.

c.       Prosedur Pelaksanaan Penelitian
1.      Tahap Persiapan
Kegiatan yang dilakukan pada tahap persiapan adalah: (1) melakukan kajian teoritis mengenai strategi habits of mind, kemampuan pemecahan masalah dan disposisi matematis, (2) mengembangkan bahan ajar untuk kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, (3) menyusun instrumen tes yang mengatur kemampuan pemecahan masalah dan disposisi matematis.
Kegiatan selanjutnya adalah pelaksanaan uji coba instrumen kepada siswa yang tidak termasuk ke dalam sampel penelitian.
2.      Tahap Pelaksanaan
Kegiatan pada tahao ini adalah (1) pelaksanaan pretest kemampuan pemecahan masalah matematis serta pengisian angket disposisi matematis untuk kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, (2) pelaksanaan pembelajaran menggunakan strategi habits of mind pada kelas eksperimen dan pengisian lembar observasi pada kelas eksperimen, serta pelaksanaan pembelajaran pada kelas kontrol, (3) pelaksanaan postest kemampuan pemecahan masalah matematis, serta pengisian angket disposisi matematis untuk kedua kelompok.
3.      Tahap Pembuatan Laporan
Tahap ini merupakan tahap terakhir di mana peneliti mengolah dan menganalisis data,serta menulis laporan hasil penelitian.

d.      Alur Penelitian

0 komentar:

Posting Komentar