Pages

Rabu, 21 Januari 2015

Cerpen "Balas Dendam Dira"



Suara itulah yang paling banyak diharapkan oleh setiap siswa yang sedang menuntut ilmu, seperti Nadira. Nadira adalah siswi SMA yang bersekolah di Daerah Istimewa Yogjakarta. Ia biasa dipanggil Dira. Dira duduk di kelas 11. Dia mengikuti Organisasi SSUTD di Sekolahnya. SSUTD adalah Organisasi yang paling menonjol di Sekolahnya. Dira mengikuti SSUTD itu karena bujukan teman-temannnya. Awalnya Dira tidak berniat mengikuti Organisasi itu. Namun, ternyata sikap solidaritasnya melawan keinginan dia.
            Selang 30 menit waktu istirahat, siswa/siswi kembali ke dalam kelasnya dan mengikuti pelajaran selanjutnya. Rasa bosan pun menghampiri Dira. Begitu pula rasa kantuk tak lepas dari bayangnya. Namun, saat pelajaran terakhir Dira dapat menghilangkan rasa kantuknya. Karena guru pengajar Dira cukup membuat Dira dan teman-teman Dira dapat kehilangan rasa kantuk. Begitu pun ketika bel pulang sekolah berbunyi Dira dan kawan-kawan pun sangat senang mendengarnya.
¸Saat perjalanan ingin pulang.
            “Dir, lu mau kumpul SSUTD kaga?” tanya Tania. Tania adalah teman satu SSUTD Dira. Tania siswa pindahan dari Jakarta. Ya, memang bahasanya belum terlalu tebal dengan logat Jawa namun ia mulai mengerti apabila Dira berbicara dengannya.
            “Gusti Allah, aku lali Nia.. tak kiro dino iki dino Rebo. Aku ya arep tuku barang-barang nu laen” jawab Dira. (MasyaAllah, aku lupa Nia.. Aku kira hari ini hari Rabu. Lagipula, aku mau beli barang-barang untuk kelengkapan kelas)
            “Oh, berarti lu ga bawa alat-alat buat kumpul dong padahal kita bakal ada acara penting tau?” tanya Tania kembali.
            “keto’e ra iso Tania, ke’i reti wae karo laine nek aku ra iso latihan (Kayanya ga bisa Tania, kasih tau aja ke yang lain kalo aku gak bisa latihan)” jawab Dira terburu-buru karena Dira mengejar waktu untuk pelajaran tambahan di luar sekolah dan membeli barang-barang untuk kebutuhan kelas.
            “ok ! sip..” jawab Tania.

¸Sesampainya Dira di rumah.
“Kulo nuwun… Mak, saget boten ngeterke kulo neng peken? (Assalamualaikum, Bu bisa antar aku ke pasar?)” ucap Dira setelah tiba di rumah.
“Monggo.. Ono opo ndo arep neng pasar? (Wa’alaikumsalam.. Mau ngapain nak ke pasar?)” jawab ibu Dira dengan logat Jawa yang tebal.
“kulo bade tumbas peralatan kanggo kelas Mak (mau beli peralatan buat kelas bu)” jawab Dira kembali.
“emang opo meneh sing arep dituku (memang apa saja yang ingin dibeli) ?” balas ibu Dira.
“stryfoam, sapu, lap, kemoceng, pot kembang Mak” jawab Dira kepada Ibunya.
“Lah ndo , okeh banget sing arep dituku, yo wes ayo tak terke neng pasar (Lah Nak, banyak sekali yang mau dibeli, ya sudah ayo Ibu antar ke Pasar)”tukas Ibu.
“ngeh Mak se aku arep ganti baju (Ia bu, sebentar aku ingin ganti baju dulu bu)” jawab Dira menuju kamar tidur.

            Dira pergi bersama ibunya dengan sepeda motor yang dibeli oleh Ayah Dira. Dengan selang 1 jam Dira di Pasar bersama ibu. Dengan membawa stryfoam berukuran 1X1 meter dan barang yang lainya. Ibu Dira bertanya “ndo, ki arep digowo neng umah, opo digowo neng sekolah? (Nak, ini mau dibawa ke Rumah, apa dibawa langsung ke Sekolah?)”
“neng sekola bae mak (ke Sekolah saja Bu)” jawab Dira.
“kapan arep digowone (kapan mau dibawanya)?” tanya Ibu kembali.
“saiki Mak (sekarang Bu)” jawab Dira.
            Dira lupa jika hari ini disekolah SSUTD sedang ada kegiatan. Ia benar-benar lupa. Ternyata kegiatan penting SSUTD adalah penyambutan anggota baru. Ia tak ikut bergabung karena ia malu, dengan membawa banyak barang-barang dan ikut bergabung dalam kegiatan itu. Akhirnya Dira langsung tancap ke tempat tujuan yaitu kelasnya.
            Setelah mengantarkan barang-barang, Dira pun langsung pulang dengan muka malu. Dan ia tahu itu kesalahannya. Dan ia harap mereka menyepelekan masalah itu. Karena Dira bukanlah seseorang yang penting di dalam SSUTD.
            Keesokanya, seperti biasa kegiatan Nadira di Sekolah belajar dan bercengkerama bersama teman-teman dikelas. Namun, setelah bel istirahat ada yang memanggil Dira.
“Dira. Saiki ono kumpulan..(Dira. Sekarang ada kumpul..)” ucap Munit.
“kumpulan opo? Ndi kumpulne? Ono sopo wae? (kumpul apa ? dimana kumpulnya ? ada siapa aja ?)” tanya Dira lengkap.
“kumpulan SSUTD, neng kelas 11 IPA 4, ene senior, bale sekola (kumpul SSUTD, di kelas 11 IPA 4, ada kakak kelas, pulang sekolah)” jawabnya.
“oh, njeh.. (oh.. ia..)”jawab Dira.
            Setelah pulang sekolah, Dira kumpul SSUTD terlebih dahulu. Karena tidak ada kegiatan lain. Acara itu dihadiri oleh 24 angkatan Dira dan 8 orang kakak kelas Dira. Awalnya, dalam acara itu kakak kelas Dira hanya mempertanyakan program kerja apa yang akan dilakukan oleh angkatan Dira dengan anggota baru SSUTD. Karena Dira bukan bagian terpenting dalam SSUTD. Dira hanya bisa diam saja mendengar kakak kelasnya berbicara di depan kelas. Namun, kurang lebih setelah 45 menit berbicara tentang program kerja, kakak kelas Dira memanggil nama Dira dan meminta Dira untuk berdiri di depan ruang kelas. Sontak Dira terkejut karena ia mengira acaranya sudah selesai ternyata belum.
            Dira sadar mengapa Dira dipanggil dan diminta untuk berdiri di depan ruang kelas tidak lain karena kesalahannya di SSUTD kemarin itu.
“koe ngopo wengi karo kabehan sikapne koro ngono? (kamu kenapa kemarin sikapnya begitu kepada semuanya?)” tanya salah satu kakak kelas Dira.
“aku isin karo kabehan (aku malu sama semuanya)” jawab Dira.
“isin ko teko neng sekola? (malu kok datang ke sekolah?)” Tanya kakak kelasnya kembali.
“aku kan arep nyimpen peralatan kelas (aku kan mau nyimpen peralatan kelas)” jawab Dira.
“ngopo ora tekok? (kenapa enggak nyapa?)” tanyanya kembali.
“kan aku wes ngomong aku isin (kan aku sudah bilang aku malu)” jawab Dira.
“saiki wes ento ngomong klakuan elek si Dira (sekarang kalian boleh ngomong semua sikap buruk si Dira)” tiba-tiba kakak kelas Dira berbicara seperti itu kepada semua yang ada di ruangan itu.
Dira tak tahu apa maksud dari semua ini, apakah kumpulan ini hanya ingin mendiskriminasikan Dira, memojokan Dira, dan membuat Dira sakit hati. Kali itu Dira hanya berdo’a agar dikuatkan segalanya oleh Allah. Amin. Dimulai dari sebelah kanan teman-teman Dira berbicara tentang keburukan-keburukan Dira. Awalnya ,semua komentar-komentar itu tidak terlalu menyakiti hati Dira. Namun, saat komentar Meisya dan Munit, Dira benar-benar tak dapat menahan sakit hatinya.
“koe kui terlalu irit, cobo we rasah irit-irit tenan. Njiji we ekonomis bgt..! ” komentar Meisya.
“koe munafik, rajin solat tur kelakuane elek. Rasah so gento we (kamu itu munafik, solat rajin tapi kelakuannya buruk. Belagu kamu. Jangan so rajin solat tapi kelakuannya busuk)!” ucap Munit saat di minta ia berkomentar untuk Dira. Munit adalah teman yang tidak Dira suka. Sikapnya selalu ingin diperhatikan oleh semua orang. Munit sering membuat kebodohan yang harus ia pertanggungjawabkan sendiri. Itulah Munit. Dan karena ia memberikan komentar itu, Dira berfikir bahwa Munit memang sungguh tak punya hati. Cara berbicara Munit mencerminkan ia terlihat senang jika Dira di introgasi seperti ini. Munit terlihat puas saat Dira merasa kesakitan mendengar semua komentar dari 24 orang teman sebayanya. Dan beberapa kakak kelas Dira. Dira benar-benar terluka mendengar semua komentar-komentar itu. Hampir saja Dira pingsan, namun salah seorang kakak kelas memberikan tempat duduk kepada Dira hingga Dira tidak terlalu shock mendengar itu semua.
            Munit, wanita yang memang dari awal Dira tidak menyukainya. Kini ia menambah Dira menganggapnya ia sangat lebih dari buruk. Ucapannya yang berbicara bahwa Dira seseorang yang munafik membuat Dira semakin membencinya. Dira berjanji jika suatu saat Munit meminta bantuan kepada Dira, ia tidak akan menolongnya. Dan Dira menganggap bahwa balas dendam kepada Munit itu halal.
“iku rungokke (tuh dengerin)” tambah komentar kakak kelas Dira bernama Reva. Reva adalah kakak kelas yang Dira benci. Dira membencinya karena ia pernah dituduh mengganggu hubungan dengan kekasihnya. Padahal Dira yang diganggu oleh pacar  Reva. Reva pernah melabrak Dira saat jam istirahat. Kejadian itu tak akan pernah mudah untuk Dira lupakan. Karena, hal itu yang membuat Dira pertama kali masuk Ruang BP dalam hidup Dira hanya karena seorang laki-laki yang sangat bodoh.
            Sebenarnya, menurut Dira SSUTD adalah organisasi yang kurang begitu baik. Pernah sesekali ia bertanya tentang SSUTD ketika angkatan sebelumnya kepada walikelasnya saat ada waktu senggang. Dan wali kelasnya menjawab “SSUTD memang organisasi yang menonjol di sekolah kita. Tapi, ibu harapkan Dira jangan mengikuti organisasi itu, karena SSUTD itu pernah memiliki kasus dengan orang tua murid bahwa pernah ada kekerasan di dalamnya. SSUTD sering menyita waktu kamu untuk belajar Dira. Jika kamu tidak pandai untuk mengatur waktu. Nilaimu akan turun “ tukas walikelas Dira yang mengajar Bahasa Indonesia itu.
            Semua komentar pada sore itu sulit Dira terima dengan lapang hati. Dira adalah seorang yang tidak begitu penting pada SSUTD itu, tapi mengapa ia harus melewati diskriminasi seperti itu. Dira berjanji bahwa ia akan menjadi orang hebat dan membuat orang yang telah menghujatnya secara langsung akan membutuhkan bantuannya kelak. Terutama Munit. Apapun yang membuat Munit berubah. Dira tetap menghalalkan balas dendamnya itu karena ucapan Munit mengatakannya munafik itu sesuatu yang kejam menurutnya.
            Selang 4 bulan, kejadian itu sulit ia lupakan, sulit juga untuk memaafkan mereka yang telah benar-benar melukai perasaan Dira. Kejadian itu terpaksa tidak ia ceritakan kepada orang tuanya. Karena ia tahu jika ia menceritakan itu masalahnya akan semakin panjang.
            Munit, kini sedang merasakan indahnya jatuh cinta bersama adik kelasnya bernama Faldi. Faldi adik kelas Dira juga. sakjane ana meneh sing tresna karo kowe? (ternyata ada juga yang suka sama lu?)” ucap Dira setelah mencuci muka dan bercermin dikamar mandi sekolah.
Namun teman Dira yaitu Tania bertanya “ngomong opo meneh koe Dira (ngomong apa kamu Dira)?”
“koe reti dewe Munit mbojo karo sopo? (kamu tahu Munit pacaran sama siapa?)” Tanya Dira.
“ya tahu lah, gosip itukan lagi booming..” ucap Tania.
“ono opo (kenapa memangnya)?” Tanya Dira kembali.
“emangnya lu gatau? kan Faldi ama Munit pacaran bukan Faldi yang nembak. Tapi Munit yang nembak Faldi. Dan Faldi nerima Munit bukan berarti dia beneran suka, Dira. Katanya sih Faldi cuma kasihan liat Munit” cerita Tania saat sedang berjalan menuju kelas.
“loh ? oh loro toh.. lucune cahwedo edan (hah?? Iah ?? lucunya cewe gila itu)” ucap Dira tersenyum kecut.
“maksud kamu?” respon Tania saat mendengar kata-kata Dira.
“oh.. endak opo-opo toh (oh enggak apa-apa kok) “jawab Dira menyembunyikan sesuatu.

¸Setelah selang 1 minggu Dira pergi ke tempat ia biasa melakukan bimbingan belajar.
Kebetulan saat Dira menunggu bel berbunyi di tempat bimbingan belajar itu ternyata ia satu tempat dengan Faldi. Dan Faldi menyapa Dira terlebih dahulu. Faldi siswa pindahan dari Jakarta juga. Jadi, bahasa Jawanya belum terlalu luwes.
“haii ka Dira.. mau les ya ka?” ucap Faldi kepada Dira.
“ia .. sopo toh ? Faldi yoh ?(kamu siapa toh ? Faldi ya?)” jawab Dira kaget.
“iia ka.. kok kaka tahu?” jawabnya kembali.
“berarti koe bojone dewe Munit yo (berarti kamu pacarnya Munit yah)?” tanya Dira.
“bukan ka.. aku ga pernah pacaran sama Munit.. Munit itu cewe gila..” ucap Faldi.
“oh.. maybe.. I don’t know..” jawab Dira masa bodoh.
“kakak anggota SSUTD juga kan?” tanya Faldi kembali.
“mungkin.. “ jawab Dira.
“boleh minta nomor kaka buat tanya-tanya tentang SSUTD..” ucap Faldi.
“ngopo ra takon neng mas kelas liane (kenapa ga tanya ke kakak kelas yang lain)?” tanya Dira.
“ke kakak dulu, nanti baru ke kakak kelas yang lain” saat Faldi memaksa.
“oh.. ia deh.. 0858245542” jawab Dira terburu-buru karena ia ingin masuk kelas.
“makasih yaa kaa..” ucap Faldi diiringi tersenyum-senyum.
“aku ameh mlebu kelas sike (yap.. kaka mau masuk kelas duluan yaa..)” ucap Dira.
“oke kaa Dira.. Semangat yaa belajarnya.. ” dengan senyum childish-nya.

Setelah Dira pulang dari bimbingan belajarnya di inboxnya terdapat 3 pesan dari nomor baru. Dan itu dari Faldi.
“opo meneh kepingin budak cilik iki? (apa mau anak kecil ini?) Hmm…” keluh Dira.
Tak lama telepon selular Dira berdering tanda ada yang menelefon dirinya, ternyata dari nomor baru juga. Setelah Dira angkat, ternyata itu Faldi. Mereka banyak berbincang. Namun tidak banyak yang Dira ucapkan. Karena Dira tidak begitu dekat dan yang Dira tahu Faldi kekasih Munit. Dan ini bukan jalannya untuk balas dendam dengan cara merebut orang yang disayang oleh Munit.
Setelah 1 bulan Dira sering dekat dengan Faldi. Ternyata Faldi menyukai Dira. Dan memintanya untuk menjadi kekasihnya. Itu pun setelah Munit diputuskan oleh Faldi. Dira menolak Faldi untuk yang pertama kali. Kemudian selang 1 bulan lagi Faldi meminta Dira kembali untuk menjadi kekasihnya. Tak pikir panjang Dira menolaknya kembali karena Dira telah memiliki seorang kekasih. Dira tahu Munit sangat menyukainya. Benar-benar sangat menyukainya. Sering sekali Munit meng-update status untuk Faldi, dia benar-benar gila dengan Faldi. Tapi Faldi menyukai Dira bukan Munit. Dan Dira menyuruh Faldi untuk kembali kepada Munit, wanita yang Faldi anggap gila itu. Dan Faldi menolak. Faldi lebih baik memilih menunggu Dira daripada harus berpacaran lagi dengan Munit.
Saat Dira ingin tertidur tersirat bahwa ingin ia jadikan Faldi untuk menjadi umpan balas dendam Dira yang halal untuk Munit. Namun, getar telepon selular Dira memecah fikiran Dira. Dan saat Dira melihat inbox yang masuk ternyata dari Munit.
WTF Munit
    Gue cemburu liat (f) sering deket ama (d).. persetan lu (d) selalu ngerebut semuanya dari gue.. TMT lu.. nyesel gue kenal ama lu.. FUCK buat (D) *sendall..

Ya, memang send all. Tapi tersirat jelas bahwa itu intial nama Dira dan nama Faldi. Hati Dira panas melihat kata-kata itu. Lalu dengan cepat Dira membalas sms Munit.



WTF Munit
    Bukan gue yang ngerebut faldi dari lu, tapi coba jaga sikap lu. Jaga juga cowo lu jangan bisanya berpalng ke ce lain. jangan bisanya nuduh. Lu gatau kan gue nolak Faldi karena apa ? karena gue masih ngehargain perasaan lu. Lu gamau kenal ama gue?? RUGI kali gue ama lu.. haha..

WTF Munit
    Oh.. sorry Dir.. dikira gue lu mau ngambil Faldi dari gue.. lu mau kan bantuin gue buat balikan ama Faldi..? gue mohon, please bantuin gue balikan. Gue mau bahagia ama dia. Gue sayang bgt ama dia. Gue bosen nangis terus gara-gara dia.. please Dira bantuin gue,, gue yakin lu masih punya kerendahan hati.. gue cape gini terus.. please Dira!!!

WTF Munit
   Jangan pernah ngerendahin diri lu di depan gue.. bukannya lu pernah blg yah ke gue kalo gue MUNAFIK?? Lu lupa ..? lu aja selama 6 bulan ini belum pernah minta maaf atas kesalahan lu waktu itu. Skrg lu mau minta tolong ke gue? Hallo..!! ditaruh dimana muka lo saat ini?
WTF Munit
   Iah gue inget.. gue inget.. gue minta maaf udah buat sakit hati lu. Biarin harga diri gue jatuh, asalkan lu mau bantuin gue balikan ama dia.. please.. gue yang munafik.. lu itu murah hati.. gue minta maaf Dir.. PLEASE BANTUIN GUE..

Munit memaksa Dira untuk melakukan itu. Dan kini, dendam Dira akan terwujud. Dan akan membuat Munit merasakan sakitnya Dira saat itu. Munit akan merasakan bagaimana rasanya dihujat secara langsung. Bagaimana rasanya disebut munafik. Bukankah itu yang Dira harapkan saat 6 bulan yang lalu ia mendapatkan cemooh yang begitu sakit?
Setiap hari Munit menelfon Dira, mengirim pesan singkat dan diakhiri dengan kata ‘send all' dan pesan singkat send all untuk Faldi. Namun tak satu pun Dira balas ataupun ia angkat telfon Munit. Semua Dira reject. Ada satu keinginan yang ingin Dira sampaikan pada Faldi. Dira ingin menunjukan semua send all Munit yang dituju untuk Faldi. Dira berniat esok, akan Dira tunjukan itu kepada Faldi agar Faldi bisa mengetahui bagaimana tegila-gilanya Munit padanya dan menghapus rasa suka Faldi terhadap Dira.

Hari itu, Dira bersikap biasa pada Munit, ia menganggap tak ada hal apapun diantara mereka. Dan Dira tak pernah berbicara panjang lebar dengan Munit. Karena, Dira anggap Munit musuh terbesarnya, pemacunya untuk lebih hebat dalam persaingan dalam bidang apapun. Dan motivasi untuk bangkit dari segala masalah.
“tett, tett..” bel istirahat berbunyi. Dira memiliki janji dengan Faldi untuk bertemu di Kantin dan akan Dira tunjukan semua SMS Munit untuknya. Namun setelah 10 menit kemudian, Munit datang dan melihat Dira bersama Faldi saling bertukar telepon selular kita berdua. Kesan buruk pun kembali dating difikiran Munit. Setelah Faldi membaca 7 SMS dari Munit dan masih ada 24 SMS lagi Faldi sudah memberikan telepon selular Dira kepada Dira. Dan berkata “udahlah.. gausah difikirin yaa ka cewe gila itu.. oh iaa ka.. pulang ama siapa ? aku mau ke rumah bibi di komplek kaka.. mau barenng?” memang rumah bibi Faldi satu Blok dengan Komplek rumah Dira. Jadi apa salahnya jika Dira pulang bersama dengannya. Dira menerima tawarannya. Bel masuk pun berbunyi. Dan mereka kembali ke kelas masing-masing.
“tett.. tett.. tett..” bel pulang sekolah berbunyi. Saatnya Dira pulang bersama Faldi. Saat Dira menunggu Faldi membawa motornya di gerbang sekolah ternyata Munit selalu memperhatikan Dira dan Faldi dari kejauhan. Setelah Faldi di depan Dira, akhirnya mereka pulang bersama. Dan jika Munit melihat ini, Dira menganggap balas dendam ini halal. Dalam perjalanan Dira selalu membahas Munit kepada Faldi. Namun, tiba-tiba Faldi berhenti di tengah jalan dan berkata “bukannyaa kakak tahu yah aku suka sama siapa ? kenapa dari tadi kakak bahas Munit terus? Udah Faldi bilang kan Faldi gasuka sama Munit”. Dira tak tahu jika Faldi bisa semarah itu padanya akhirnya ia hanya mengangguk. Dan mereka melanjutkan perjalanannya.
Saat sampai di rumah inbox Dira berisi pesan singkat dari Munit.

WTF Munit
    Ga nyangka bgt, jam istirahat gue liat lo ama dia di kantin. Pulangnya lo bareng. Gue benci lo. Gue benci lo. Penghancur lo!! Gue sakit hati ama sikap lo. Gue SAKIT HATI. Tapi, kalo emang lo pcran ama Faldi, jaga dia baik-bak. Jangan sampe dia ngerasain hal yang sama  kya gue..

Dira hanya bisa tersenyum kecut saat melihat SMS Munit yang Munit kirim ke nomor Dira. Setelah dia mengirim sms itu, ia langsung meng-update di status akun facebooknya “sekitar jam 3.n gue ngeliat lo ama dia!! SAKIT rasanya. Mau BUNUH DIRI”. Komentar Dira dalam hati “lebay toh koe Munit”. Sebenarnya Dira tak menganggap ini jalan balas dendamnya. Tapi, Munit sudah terlalu panas melihat tingkah Dira dengan Faldi. Dan sebenarnya Dira dengan Faldi sama sekali tak ada hubungan istimewa. Namun, benar anggapan orang berbeda-beda. Anggapan Munit bahwa Dira merebut Faldi padahal kekasih Dira bukan Faldi saat itu, tetapi orang lain. Dan hingga kini Dira dan Faldi berteman dan Dira dengan kekasihnya menjalin hubungan dengan sangat baik.

“Terimakasih Faldi atas pertolonganmu. Kuanggap selesai balas dendam yang kuanggap halal hari itu. Dan cemooh-cemooh yang lain akan kujadikan pemacu untuk masa mendatang.” (Nadira)

0 komentar:

Posting Komentar