LAUTAN JILBAB
Karya MH. Ainun Najib
Para malaikat Allah tak bertelinga,
tapi mereka mendengar suara nyanyian
beribu-ribu jilbab
Para malaikat Allah tak memiliki
mata,
tapi mereka menyaksikan derap
langkah beribu jilbab
Para malaikat Allah tak punya jantung,
tapi sanggup mereka rasakan degub
kebangkitan
jilbab yang seolah berasal dari
dasar bumi
Para malaikat Allah tak memiliki
bahasa dan budaya,
tapi dari galaksi mereka seakan-akan
terdengar suara:
Para malaikat Allah seolah sedang
bercakap-cakap di antara mereka
kebudayaan jilbab itu,
bersungguh-sungguhkah mereka?
O, amatilah dengan teliti: ada yang
bersungguh-sungguh,
ada yang akan bersungguh-sungguh,
ada yang tidak bisa tidak
bersungguh-sungguh
Sedemikian pentingkah gerakan jilbab
di negeri itu?
O, sama pentingnya dengan kekecutan
hati semua kaum yang tersingkir,
sama pentingnya dengan keputusasaan
kaum gelandangan,
sama pentingnya dengan kematian jiwa
orang-orang malang
yang dijadikan alas kaki sejarah
Bagaimana mungkin ada kelahiran di
bawah injakan kaki Dajjal?
bagaimana mungkin muncul kebangkitan
dari rantai belenggu kejahiliyahan?
O, kelahiran sejati justru dari
rahim kebobrokan,
kebangkitan yang murni justru dari
himpitan-himpitan
alamkah yang melahirkan gerakan itu
atau manusia?
O, alam dalam diri manusia.
Alam tak boleh benar-benar takluk
oleh setajam apapun
pedang peradaban manusia,
alam tak diperkenankan
sungguh-sungguh
tunduk di bawah kelicikan tuan-tuannya
Apakah burung-burung ababil akan
menabur dari langit
untuk menyerbu para gajah yang
durjana?
O, burung-burung ababil melesat
keluar dari kesadaran pikiran,
dari dzikir jiwa dan kepalan tangan
Para malaikat Allah yang jumlahnya
tak terhitung,
berseliweran melintas-lintas ke
berjuta arah di seputar bumi
Para malaikat Allah yang amat lembut
sehingga seperjuta atom
tak sanggup menggambarkannya
Para malaikat Allah yang besarnya
tak terkirakan oleh matematika ilmu manusia sehingga seluruh jagat raya ini
disangga di telapak tangannya
Tergetar, tergetar sesaat, oleh
raungan sukma dari bumi
Para malaikat Allah seolah
bergemeremang bersahut-sahutan di antara mereka
apa yang istimewa dari kain yang
dibungkuskan di kepala?
O, hanya ketololan yang menemukan
jilbab sekedar sebagai pakaian badan
lihatlah perlahan-lahan makin banyak
manusia yang memakai jilbab, lihatlah kaum lelaki
berjilbab, lihatlah rakyat manusia
berjilbab, lihatlah ummat-ummat berjilbab, lihatlah Siapapun saja yang
memerlukan perlindungan, yang memerlukan genggaman keyakinan, yang memerlukan
cahaya pedoman, lihatlah mereka semua berjilbab
Adakah jilbab itu semacam tindakan
politik, semacam perwujudan agama,
atau pola perubahan kebudayaan?
Para malaikat Allah yang bening
bagai cermin segala cermin,
seolah memantulkan suara-suara:
Jilbab ini lagu sikap kami, tinta
keputusan kami,
langkah-langkah dini perjuangan kami
jilbab ini surat keyakinan kami,
jalan panjang belajar kami,
proses pencarian kami
jilbab ini percobaan keberanian di
tengah pendidikan ketakutan
yang tertata dengan rapi
jilbab ini percikan cahaya dari
tengah kegelapan,
alotnya kejujuran di tengah
hari-hari dusta
jilbab ini eksperimen kelembutan
untuk meladeni jam-jam brutal dari kehidupan
jilbab ini usaha perlindungan dari
sergapan-sergapan
Dunia entah macam apa, menyergap
kami
sejarah entah ditangan siapa,
menjaring kami
kekuasaan entah dari napsu apa,
menyerimpung kami
kerakusan dengan ludah berbusa-busa,
mengotori wajah kami
langkah kami terhadang, kaki kami
terperosok di
pagar-pagar jalan protokol peradaban
ini
buku-buku pelajaran memakan kami
tontonan dan siaran melahap kami
iklan dan barang jualan menggiring
kami
panggung dan meja-meja birokrasi
mengelabui kami
mesin pembodoh kami sangka bangku
sekolah
ladang-ladang peternakan kami sangka
rumah ibadah
mulut kami terbungkam, mata kami
nangis darah
Hidup adalah mendaki pundak
orang-orang lain
hari depan ialah menyuap, disuap,
menyuap, disuap
kalau matahari terbit kami sarapan
janji
kalau matahari mengufuk, kami
dikeloni janji
kalau pagi bangkit, kami ditidurkan
ketika hari bertiup, kami
dininabobokan
kaum cerdik pandai suntuk mencari
permaafan atas segala kebobrokan
kaum ulama sibuk merakit ayat-ayat
keamanan
para penyair pahlawan berkembang
menjadi pengemis
tidak ada perlindungan bagi kepala
kami yang ditaburi virus-virus
tak ada perlindungan bagi akal
pikiran kami yang dibonsai
tak ada perlindungan bagi hati
nurani kami yang
dipanggang diatas tungku api congkak
kekuasaan
tungku api kekuasaan yang halus,
lembut dan kejam
Tak ada perlindungan bagi iman kami
yang dicabik-cabik dengan pisau-pisau beracun
tak ada perlindungan bagi kuda-kuda
kami yang digoyahkan
oleh keputusan sepihak yang
dipaksakan
tak ada perlindungan bagi akidah
kami yang ditempeli topeng-topeng, yang dirajam, dimanipulir oleh
rumusan-rumusan palsu yang memabukkan
tak ada perlindungan bagi padamnya
matahari hak kehendak kami yang diranjau
maka inilah jilbab. inilah jilbab!
Ini furqan, pembeda antara haq dan
bathil
jarak antara keindahan dengan
kebusukan
batas antara baik dan buruk, benar
dan salah
kami menyarungkan keyakinan dikepala
kami
menyarungkan pilihan, keputusan,
keberanian dan istiqamah, dinurani dan jiwaraga kami
Ini jilbab ilahi rabbi, jilbab yang
mengajarkan ilmu menapak dalam irama
ilmu untuk tidak tergesa, ilmu tak
melompati waktu dan batas realitas
ilmu bernapas setarikan demi
setarikan, selangkah demi selangkah, hikmah demi hikmah
rahasia demi rahasia, kemenangan
demi kemenangan
Para malaikat Allah yang lembut
melebihi kristal, para malaikat allah yang suaranya tak bisa didengarkan oleh
segala macam telinga, berbisik-bisik di antara mereka
Wahai! anak-anak tiri peradaban!
anak-anak jadah kemajuan dan perkembangan!
anak-anak yatim sejarah, sedang
menghimpun akal sehat
menabung hati bening, menerobos ke
masa depan yang kasat mata
lautan jilbab! lautan jilbab!
gelombang perjuangan, luka pengembaraan, tak mungkin bisa dihentikan wahai!
sunyi telah memulai bicara!