Manusia merupakan modal pembangunan
dalam mewujudkan kemakmuran dan meninggikan martabat Negara. Manusia sebagai
khalifah Tuhan di muka bumi berfungsi mewujudkan kemakmuran universal. Manusia
diberi kecerdasan akal dan modal material, berupa alam semesta beserta isinya.
Alam raya sebagai faktor produksi meliputi semua sumber penghasilan pokok yang
dapat manusia peroleh, seperti tanah, pegunungan, hutan, sungai, binatang,
unggas dan sebagainya; yang berada di bawah permukaan dalam bentuk
mineral-mineral laut, ikan, barang tambang seperti logam dan sebagainya; dan di
atas permukaan seperti hujan, angin, keadaan-keadaan geografis, cuaca dan
sebagainya. Dengan modal material yang dianugerahkan oleh Tuhan, kita sebagai manusia
patut mensyukuri dan bisa memanfaatkan dan memanipulasi sumber daya yang ada
dalam hal positif tentu untuk kemakmuran Negara. Namun tidak boros.
Istilah
entrepreneur berasal dari bahasa Prancis: entreprende, yang dalam bahasa
Indonesia diartikan wirausaha atau kewirausahaan. Entreprende secara harfiah
berarti mengambil langkah memasuki suatu aktifitas tertentu, sebuat enterprise,
atau menyambut tantangan.
Menurut Swasono,
entrepreneur dalam akar tradisi Indonesia sebangun dengan karakteristik saudagar.
Secara harfiah, “sau” berarti “seribu” dan “dagar” berarti “akal”. Jadi,
karakteristik saudagar memiliki “seribu akal” tentang cara mengelola dan
memanfaatkan sumber-sumber daya secara produktif dan efisien, berani menerjang
paradigm yang ada, membuka alternatif dan peluang baru. Dalam berwirausaha,
kita juga harus memiliki kreatifitas dan inovasi dalam menjalankannya yang
sudah barang tentu berbasis Islam. Kepribadian kita harus baik tentu dibarengi
dengan perilaku dan kemampuan/keterampilan yang kita miliki.
Sebelum
berwirausaha, tentu kita harus mengetahui dan mempelajari hal-hal apa saja yang
penting dalam berwirausaha. Dalam entrepreneurship, kita juga mengenal
pendidikan wirausaha. Pendidikan kewirausahaan mengembangkan konsep pendidikan
holistik, yakni mendidik manusia seutuhnya. Meliputi 4 H (Head, Hand, Health,
dan Heart). Praktik pembelajaran bersumbu pada target mengembangkan
keterampilan hidup dengan mengintegrasikan diskusi kelas dengan perpustakaan,
laboratorium dan praktikum serta pelayanan masyarakat dalam mewujudkan
kemaslahatan umum, antara lain: memelihara agama, jiwa, harta, akal dan
keturunan.
Keterampilan
utama profesi penjual adalah manajmen diri dan keterampilan berhubungan dengan
orang lain (komunikasi, relasi dan kepemimpinan).
Soemanto
mengidentifikasi lima keterampilan yang diperlukan oleh seorang entrepreneur,
yakni keterampilan berpikir kreatif, keterampilan dalam mengambil keputusan,
kepemimpinan, manajerial, dan keterampilan dalam bergaul antar manusia.
Selain
itu kita juga mengenal model-model dalam pendidikan kewirausahaan, seperti:
1. Pendidikan
Kecakapan Hidup
2. Pendidikan
Keaksaraan Fungsional
3. Laboratorium
Bisnis Sekolah
4. Kampus
Entrepreneuria
Di sisi lain
kita juga mempunyai landasan etik pendidikan kewirausahaan, yakni: Iman, takwa,
sabar, syukur, sodakoh, silaturahmi, ikhtiar dan tawakal.
Agar usaha kita
sukses tentu kita harus mempunyai strategi-strategi dalam berwirausaha yang
dimaksudkan agar usaha yang kita tekuni dapat sukses dan dapat diridhoi oleh
Allah SWT. Adapun strategi yang bisa kita jalankan ada 3 yaitu: praktikum dan
proyek, dialog dan penalaran ilmiah, serta graduasi (metode Islam dalam dakwah
dan pengajaran agama). Dari ke tiga aspek tersebut diharapkan kita bisa
mengatasi segala sesuatu dengan semangat, dan juga dibarengi dengan rasa cinta
kita terhadap Allah SWT agar usaha yang kita tekuni dapat bermanfaat bagi semua
orang yang terkait. Selain itu kita sebagai entrepreneur juga memerlukan
dukungan lebih luas menyangkut kebijakan-kebijakan yang ada di masyarakat dan
partisipasi masyarakat juga.
0 komentar:
Posting Komentar