Pages

Selasa, 02 Desember 2014

Aliran Filsafat dalam Kehidupan Kontemporer



Berbicara mengenai filsafat, tentu akan sangat luas pembahasan yang akan dibahas nantinya. Karena, filsafat ini tentu sangat penting dalam menentukan kemana arah suatu bangsa berjalan. Dan di setiap bangsa tentu memiliki filsafat masing-masing yang berbeda-beda sesuai dengan ciri dan kepribadian yang ada pada suatu bangsa tersebut. Sehingga, setiap aktifitas yang dilakukan dalam kehidupan sehari-hari dapat berjalan lancar dan terstruktural sebagaimana mestinya. Kata filsafat itu sendiri berasal dari bahasa Yunani, philosophia, yang terdiri atas dua kata : philos(cinta) atau philia (persahabatan, tertarik kepada) dan sophia (hikmah, kebijaksanaan, pengetahuan). Jadi secara etimologi, filsafat berarti cinta kebijaksanaan atau kebenaran. Secara umum filsafat berarti upaya manusia untuk memahami segala sesuatu secara sistematis, radikal, dan kritis. (Usiono.Aliran-aliran Filsafat Pendidikan, Medan: Perdana Publishing, 2006.)
Jadi, bisa dikatakan bahwa filsafat merupakan ilmu pengetahuan yang senantiasa berupaya mencari prinsip-prinsip dan penyebab –penyebab dari realitas yang ada.
Filsafat modern sekarang ini disebut filsafat barat abad ke 20. Ciri perkembangan filsafat barat barat abad ke20 ini adalah  desentralisasi manusia. Maksudnya yaitu subyek manusia tidak lagi dianggap sebagai pusat kebudayaan. Sekarang ini akan dijelaskan dua aliran pemikiran filsafat yang mempunyai pengaruh besar dalam kehidupan, akan tetapi aliran-aliran ini belum dapat dikatakan sebagai aliran yang membuat sejarah. Hal ini di sebabkan karena aliran-aliran ini masih dianggap baru. Kedua aliran tersebut adalah filsafat analitis dan filsafat strukturalis.

1.      FILSAFAT ANALITIS
Tokoh aliran ini adalah Ludwing Josef Johai Wihgenstein (1889-1951) yang lahir di wina, Austria. Ilmu yang ditekuninya adalah ilmu penerbangan yang memerlukan studi dasar matematika yang mendalam. Setelah menjadi ahli matematika ia mendalami filsafat matematika dan logika. Sumbangannya yang terbesar dalam filsafat adalah pemikirannya tentang pentingnya bahasa. Ia mencita-citakan suatu bahasa yang ideal, yang lengkap, formal dan dapat memberikan kemungkinan bagi penyelesaian masalah-masalah kefilsafatan.
Filsafat Analitis ini berpengaruh di Inggris dan Amerika sejak tahun 1950. filsafat ini membahas bahasa dan Analisis konsep-konsep.
Pada permulaan abad ke 20, beberapa filosof termasuk didalamnya G.E.Moore,Bertand Rusel, C.D Broad dan Ludwing Wihgenstein menaruh perhatian terhadap penyelidikan logistic  dan logical analisis dari itulah konsep dan proposisi. Arah baru ini sebagiannya merupakan reaksi terhadap filosof idealis. Beberapa filosof rasionalis pada abad ke19 menganut paham idealisme mutlak. Suatu reaksi terhadap monisme yang ketat semacam itu adalah timbulnya pluralisme yang ekstrim. Sebagian oleh karena ingin menjauhkan diri dari impliksi metafisik.
Fakta Russel dan Wihgenstein telah menyelami filsafat melalui logika simbolis dan matematik, mempunyai pengaruh juga kepada timbulnya filosofikal analisis. Dengan menengok ke belakang, kepada sejarah filsafat, para pengikut aliran analisa mengira bahwa mereka mendapatkan bukti bahwa analisa bahasa itu selalu ditekankan, walaupun pada akhirnya yang nampak menjadi permasalahan adalah soal-soal yang tidak mengenai bahasa. Mereka mengingatkan kita kepada analisa Plato tentang konsep-konsep seperti “keadilan “ kepada usaha Socrates untuk menjelaskan arti istilah-istilah seperti: Kebenaran, kebaikan dan kesalehan dan kepada penyelidikan Hume yang ketat mengenai pernyataan tentang kausalites. Analisa bukannya suatu hal yang diabaikan, akan tetapi suatu metode filsafat yang sudah lama dan ditekankan oleh kaum empiris. Pengikut linguistic analis mengatakan “yang baru adalah ketelitian dan ketaatan yang luar biasa, kehalusan yang ditingkatkan, ketetapan dari metode simbolik serta pengakuan yang tegas bahwa yang dikerjakan adalah analisa linguistik.
Kaum analisis masa kini pada umumnya adalah empiris dan kenyataan mereka itu berpendirian bahwa suatu pernyataan itu berarti jika ia dapat ditengok kebenaranya secara empiris atau jika pernyataan itu hanya mengenai bagaimana kita memakai istilah. Pernyataan yang tidak didasarkan atas pengalaman dan dan tidak dapat dibuktikan dianggap”nonsense” atau hanya mempunyai fungsi yang kognitif . mereka menyatakan bahwa semua data yang benar tentang pengalaman adalah lapangan untuk ilmu-ilmu yang khusus.
Dalam abad ke 20 hanya sedikit filosof yang mempunyai pengaruh lebih mendalam terhadap filsafat atau perhatian yang lebih besar terhadap soal-soal linguistik, dari pada ludwing wihgenstein ( 1889-1951)  ia terpengaruh dari Bertand Russel dan G.E Moore. Pada tahun 1930 ia mengganti Moore dan mengajar filsafat di Cambridge. Ia menghasilkan dua sistim pemikiran yang orisinal : pertama dalam karangannya Tractatus ,suatu karangan pendek yang diterbitkan pada tahun 1922. yang kedua, karangan yang lebih panjang dengan judul philosophical investigations,yang diterbitkan pada tahun 1953.
Tractus merupakan uraian tentang kondisi-kondisi dimana bahasa mempunyai arti serta dapat memiliki kebenaran. Kalimat yang berarti adalah gambaran tentang realitas, akan tetapi dalam tiap-tiap gambaran harus ada hubungan satu sama lain, antara gambaran dan keadaan yang dilukiskannya Teori gambaran (ficture theory) dari preposisi adalah pokok dalam tingkatan-tingkatan pikirannya yang permulaan.  Untuk memahami suatu kalimat kita  harus mengetahui “refrent” atau keadaan yang kalimat tersebut meminta perhatian kita. Pernyataan-pernyataan yang dapat ditetapkan di dunia harus memenuhi persyaratan-persyaratan yang tepat, jika tidak maka pernyataan itu adalah nonsense. Dalam pandangan mereka filsafat telah menuju kepada penemuan intelektual. Filsafat adalahmetode untuk menjelaskan kebauran linguistik yang telah meinmbulkan problem-problem semu yang bermacam-macam.
Dengan keluarnya karangan wihgenstein yang kedua yaitu philosophical investigation, filsafat analitis menyesuaikan diri dengan penolongan baru. Ia tetap ada hubungannya dengan bahasa, akan tetapi wihgenstein melihat watak bahasa dengan pandangan baru. Ia banyak menolak ide-ide yang terdapat dalam Tractus dengan alasan banyak bahwa ia mula-mula berpendapat bahwa bahasa hanya mempunyai satu pungsi yaitu untuk menyebutkan fakta, yang menarik perhatian wihgenstein sekarang adalah bahwa bahasa itu mempunyai beberapa fungsi, oleh karena itu perhatian harus dialihkan dari logika-logika penyusunan bahwa 79 sempurna “kepada pemakaian bahasa”.


2.      STRUKTURALISME
Tokohnya adalah J.Lacan yang lahir di paris pada tahun 1901. Bahasa membuka suatu lapangan posisi-posisi yang di sistematisasifan dengan aturan-aturan menurut pendapatnya, kita baru menjadi pribadi apabila kita mengabdikan diri pada permainan bahasa.
Secara garis besar ada dua pengertian pokok yang sangat erat kaitannya dengan strukturalisme sebagai aliran filsafat.
a.       Strukturalisme adalah metode atau metodologi yang digunakan untuk mempelajari ilmu-ilmu kemanusiaan dengan bertitik tolak dari prinsip-prinsip linguistik.
b.      Strukturalisme merupakan aliran filsafat yang hendak memahami masalah yang muncul dalam sejarah filsafat. Di sini metodologi struktural dipakai untuk membahas tentang manusia, sejarah, kebudayan dan alam, yaitu dengan membuka secara sistematik struktur-struktur kekerabatan dan struktur-struktur yang lebih luas dalam kesusasteraan dan dalam pola-pola psikologik tak sadar yang menggerakkan tindakan manusia.

Disini dengan “strukturalisme “dimaksudkan sekelompok pemikir yang menarik banyak perhatian sekitar tahun 60-an. Barangkali tidak ada Negara dimana filsafat dapat mencapai taraf  mode seperti di prancis. Disana tidak hanya terdapat mode dibidang houte couture  atau adibusana ( pembuatan pakaian yang eklusif ), tetapi juga dibidang intelektual.dalam kalangan lebih terbatas strukturalisme dikemukakanjuga sebagai  reaksi melawan fenomenologi yang dipranac tentu berkaitan erat dengan eksistensialisme.

Tokoh – tokoh yang memiliki peranan penting dalam filsafat strukturialisme adalah Levi Strauss, Jacques Lacan, dan Michel Foucault.

a.       Claude Levi Strauss
Dalam karya klasik tentang kaitan antara kekerabatan dan pertukaran, “The Elementary Structures of Kinship”, tahun 1949, memperkenalkan dua aspek penting antropologi Levi Strauss. Yang pertama adalah prinsip yang mengatakan bahwa kehidupan social dan cultural tidak bisa dijelaskan secara unik oleh satu versi fungsionalisme. Aspek penting lain dalam pendekatan Strauss adalah lingkup. Bila banyak peneliti social membatasi penafsiran tentang kehidupan sosial pada masyarakat tententu yang mereka teliti, Levi Strauss menggunakan pendekatan universalis. Ia berpendapat bahwa setiap masyarakat atau kultur menampilkan ciri – ciri yang juga banyak terdapat pada kultur lain karena ini yakin bahwa yang membentuk manusia adalah dimensi kultural, bukan alam. Struktur simbolik kekerabatan, bahasa, dan pertukaran barang menjadi kunci mengenai pemahaman kehidupan sosial, bukan biologi.
Bagi Strauss, “struktur” itu tidak identik dengan struktur empiris suatu masyarakat tertentu, struktur itu tidak ada dalam realitas yang tampak. Dari ini, terdapat kemenduaan Strauss antara jenis strukturalisme yang melihat struktur sebagai suatu model abstrak yang dihasilkan dari analisis terhadap suatu fenomena dengan pengertian struktur sebagai yang bersifat terner, yaitu yang secara inheren mengandung sifat dinamis.

b.      Jacques Lacan
Lacan membaca ulang karya Freud untuk  meninjau ulang teori tentang subjektivitas dasn seksualitas dan menghidupkan kembali sekumpulan konsep. Kemudian Lacan mengemukakan pandangannya bahwa yang paling mneghambat pengetahuan tentang ciri revolusioner dan subversif. Karya – karya Freud adalah pandangan bahwa ego merupakan hal yang terpenting untuk memahami perilaku manusia.
Dengan penekanan strukturalis pada bahasa sebagai suatu sistem perbedaan tanpa pengertian positif, Lacan menonjolkan pentingnya bahasa dalam karya Freud. Bahasa juga memegang peranan penting dalam suatu wawancara psikoanalitis. Akan tetapi, bahasa bukan hanya pembawa informasi dan pikiran; bukan hanya medium komunikasi. Lacan berpendapat bahwafaktor yang membuat komunikasi cacat itu juga penting. Kesalahpahaman, kekacauan, resonansi, dan berbagai macam kekacauan inilah yang memungkinkan Lacan mengungkapkan aforismenya yang terkenal : “Kesadaran itu terstruktur seperti bahasa.” Oleh karena itu, ketidaksadaran inilah mengganggu komunikasi, bukan secara kebetulan melainkan mengikuti suatu keteraturan struktural.
c.       Michel Foucault (1926-1984)
Dalam resume pertamanya yang berjudul, “ The Will to Truth” yang membahas praktek – praktek diskurtif, ia mengatakan :
Kelompok – kelompok yang teratur sekarang tidak berkesesuaian dengan karya-karya individu.Meskipun muncul dan untuk pertama kali menjadi jelas dalam salah satu dari mereka, ini berkembang cukup luas di luar mereka dan sering menyatukan beberapa kelompok. Akan tetapi, mereka tidak selalu bersesuaian dengan yang biasa kita sebut ilmu atau disiplin meskipun untuk sementara memiliki perbatasan yang sama (Foucault, 1970-1982: 10).
Penjelasan ini menggambarkan ciri inovatif dan individualis dari karyanya. Oleh sebab itu, ia mengarahkan bahwa kita tidak dapat mereduksi praktek – praktek deskursif menjadi disiplin akademik. Akan tetapi, praktek diskurtif adalah sebuah keteraturan yang muncul dalam fakta artikulasi itu sendiri. Keteraturan suatu diskursus itu bersifat tidak sadar.

Ke dua aliran yang telah dijelaskan di atas inilah yang paling berpengaruh besar dalam kehidupan kita. Diharapkan, untuk masa yang akan datang kita ke depannya bisa menjalankan segala aktifitas dengan baik dan terpola berdasarkan tujuan yang ingin kita peroleh tentu dengan melihat filsafat yang sudah ada lalu kita jadikan patokan atau tolak ukur sebagai langkah kita ke depan agar kita bisa menjadi lebih baik lagi. 


http://pakdhekeong.blogspot.com/2013/04/makalah-filsafat-kontemporer.html

0 komentar:

Posting Komentar