Berbicara mengenai filsafat, tentu
akan sangat luas pembahasan yang akan dibahas nantinya. Karena, filsafat ini
tentu sangat penting dalam menentukan kemana arah suatu bangsa berjalan. Dan di
setiap bangsa tentu memiliki filsafat masing-masing yang berbeda-beda sesuai
dengan ciri dan kepribadian yang ada pada suatu bangsa tersebut. Sehingga,
setiap aktifitas yang dilakukan dalam kehidupan sehari-hari dapat berjalan
lancar dan terstruktural sebagaimana
mestinya. Kata filsafat itu sendiri berasal dari bahasa
Yunani, philosophia, yang terdiri atas dua kata : philos(cinta)
atau philia (persahabatan, tertarik kepada) dan sophia (hikmah,
kebijaksanaan, pengetahuan). Jadi secara etimologi, filsafat berarti cinta
kebijaksanaan atau kebenaran. Secara umum filsafat berarti upaya manusia untuk
memahami segala sesuatu secara sistematis, radikal, dan kritis. (Usiono.Aliran-aliran
Filsafat Pendidikan, Medan: Perdana Publishing, 2006.)
Jadi,
bisa dikatakan bahwa filsafat merupakan ilmu pengetahuan yang senantiasa
berupaya mencari prinsip-prinsip dan penyebab –penyebab dari realitas yang ada.
Filsafat modern sekarang ini disebut filsafat barat abad
ke 20. Ciri perkembangan filsafat barat barat abad ke20 ini
adalah desentralisasi manusia. Maksudnya yaitu subyek manusia tidak
lagi dianggap sebagai pusat kebudayaan. Sekarang
ini akan dijelaskan dua aliran pemikiran filsafat yang mempunyai pengaruh besar
dalam kehidupan, akan tetapi aliran-aliran ini belum dapat dikatakan sebagai
aliran yang membuat sejarah. Hal ini di sebabkan karena aliran-aliran ini masih
dianggap baru. Kedua aliran tersebut adalah filsafat analitis dan filsafat
strukturalis.
1. FILSAFAT ANALITIS
Tokoh aliran ini adalah Ludwing Josef Johai
Wihgenstein (1889-1951) yang lahir di wina, Austria. Ilmu yang ditekuninya
adalah ilmu penerbangan yang memerlukan studi dasar matematika yang mendalam.
Setelah menjadi ahli matematika ia mendalami filsafat matematika dan logika.
Sumbangannya yang terbesar dalam filsafat adalah pemikirannya tentang
pentingnya bahasa. Ia mencita-citakan suatu bahasa yang ideal, yang lengkap,
formal dan dapat memberikan kemungkinan bagi penyelesaian masalah-masalah
kefilsafatan.
Filsafat Analitis ini berpengaruh di Inggris
dan Amerika sejak tahun 1950. filsafat ini membahas bahasa dan Analisis
konsep-konsep.
Pada permulaan abad ke 20, beberapa filosof
termasuk didalamnya G.E.Moore,Bertand Rusel, C.D Broad dan Ludwing Wihgenstein
menaruh perhatian terhadap penyelidikan logistic dan logical
analisis dari itulah konsep dan proposisi. Arah baru ini sebagiannya merupakan
reaksi terhadap filosof idealis. Beberapa filosof rasionalis pada abad ke19
menganut paham idealisme mutlak. Suatu reaksi terhadap monisme yang ketat
semacam itu adalah timbulnya pluralisme yang ekstrim. Sebagian oleh karena
ingin menjauhkan diri dari impliksi metafisik.
Fakta Russel dan Wihgenstein telah menyelami
filsafat melalui logika simbolis dan matematik, mempunyai pengaruh juga kepada
timbulnya filosofikal analisis. Dengan menengok ke belakang, kepada sejarah
filsafat, para pengikut aliran analisa mengira bahwa mereka mendapatkan bukti
bahwa analisa bahasa itu selalu ditekankan, walaupun pada akhirnya yang nampak
menjadi permasalahan adalah soal-soal yang tidak mengenai bahasa. Mereka
mengingatkan kita kepada analisa Plato tentang konsep-konsep seperti “keadilan
“ kepada usaha Socrates untuk menjelaskan arti istilah-istilah seperti:
Kebenaran, kebaikan dan kesalehan dan kepada penyelidikan Hume yang ketat
mengenai pernyataan tentang kausalites. Analisa bukannya suatu hal yang
diabaikan, akan tetapi suatu metode filsafat yang sudah lama dan ditekankan
oleh kaum empiris. Pengikut linguistic analis mengatakan “yang baru adalah
ketelitian dan ketaatan yang luar biasa, kehalusan yang ditingkatkan, ketetapan
dari metode simbolik serta pengakuan yang tegas bahwa yang dikerjakan adalah
analisa linguistik.
Kaum analisis masa kini pada umumnya adalah
empiris dan kenyataan mereka itu berpendirian bahwa suatu pernyataan itu
berarti jika ia dapat ditengok kebenaranya secara empiris atau jika pernyataan
itu hanya mengenai bagaimana kita memakai istilah. Pernyataan yang tidak
didasarkan atas pengalaman dan dan tidak dapat dibuktikan dianggap”nonsense”
atau hanya mempunyai fungsi yang kognitif . mereka menyatakan bahwa semua data
yang benar tentang pengalaman adalah lapangan untuk ilmu-ilmu yang khusus.
Dalam abad ke 20 hanya sedikit filosof yang
mempunyai pengaruh lebih mendalam terhadap filsafat atau perhatian yang lebih
besar terhadap soal-soal linguistik, dari pada ludwing wihgenstein (
1889-1951) ia terpengaruh dari Bertand
Russel dan G.E Moore. Pada tahun 1930 ia mengganti Moore dan mengajar
filsafat di Cambridge. Ia menghasilkan dua sistim pemikiran yang orisinal :
pertama dalam karangannya Tractatus ,suatu karangan pendek yang diterbitkan
pada tahun 1922. yang kedua, karangan yang lebih panjang dengan judul
philosophical investigations,yang diterbitkan pada tahun 1953.
Tractus merupakan uraian tentang
kondisi-kondisi dimana bahasa mempunyai arti serta dapat memiliki kebenaran.
Kalimat yang berarti adalah gambaran tentang realitas, akan tetapi dalam
tiap-tiap gambaran harus ada hubungan satu sama lain, antara gambaran dan keadaan
yang dilukiskannya Teori gambaran (ficture theory) dari preposisi adalah pokok
dalam tingkatan-tingkatan pikirannya yang permulaan. Untuk memahami
suatu kalimat kita harus mengetahui “refrent” atau keadaan yang
kalimat tersebut meminta perhatian kita. Pernyataan-pernyataan yang dapat
ditetapkan di dunia harus memenuhi persyaratan-persyaratan yang tepat, jika
tidak maka pernyataan itu adalah nonsense. Dalam pandangan mereka filsafat
telah menuju kepada penemuan intelektual. Filsafat adalahmetode untuk menjelaskan
kebauran linguistik yang telah meinmbulkan problem-problem semu yang
bermacam-macam.
Dengan keluarnya karangan wihgenstein yang
kedua yaitu philosophical investigation, filsafat analitis menyesuaikan diri
dengan penolongan baru. Ia tetap ada hubungannya dengan bahasa, akan tetapi
wihgenstein melihat watak bahasa dengan pandangan baru. Ia banyak menolak
ide-ide yang terdapat dalam Tractus dengan alasan banyak bahwa ia mula-mula
berpendapat bahwa bahasa hanya mempunyai satu pungsi yaitu untuk menyebutkan
fakta, yang menarik perhatian wihgenstein sekarang adalah bahwa bahasa itu
mempunyai beberapa fungsi, oleh karena itu perhatian harus dialihkan dari
logika-logika penyusunan bahwa 79 sempurna “kepada pemakaian bahasa”.
2. STRUKTURALISME
Tokohnya adalah J.Lacan yang lahir di paris
pada tahun 1901. Bahasa membuka suatu lapangan posisi-posisi yang di
sistematisasifan dengan aturan-aturan menurut pendapatnya, kita baru menjadi
pribadi apabila kita mengabdikan diri pada permainan bahasa.
Secara garis besar ada dua pengertian pokok yang sangat
erat kaitannya dengan strukturalisme sebagai aliran filsafat.
a.
Strukturalisme adalah metode atau metodologi
yang digunakan untuk mempelajari ilmu-ilmu kemanusiaan dengan bertitik tolak
dari prinsip-prinsip linguistik.
b.
Strukturalisme merupakan aliran filsafat yang
hendak memahami masalah yang muncul dalam sejarah filsafat. Di sini metodologi
struktural dipakai untuk membahas tentang manusia, sejarah, kebudayan dan alam,
yaitu dengan membuka secara sistematik struktur-struktur kekerabatan dan
struktur-struktur yang lebih luas dalam kesusasteraan dan dalam pola-pola
psikologik tak sadar yang menggerakkan tindakan manusia.
Disini dengan “strukturalisme “dimaksudkan
sekelompok pemikir yang menarik banyak perhatian sekitar tahun 60-an.
Barangkali tidak ada Negara dimana filsafat dapat mencapai
taraf mode seperti di prancis. Disana tidak hanya terdapat mode
dibidang houte couture atau adibusana ( pembuatan pakaian yang
eklusif ), tetapi juga dibidang intelektual.dalam kalangan lebih terbatas
strukturalisme dikemukakanjuga sebagai reaksi melawan fenomenologi
yang dipranac tentu berkaitan erat dengan eksistensialisme.
Tokoh
– tokoh yang memiliki peranan penting dalam filsafat strukturialisme adalah
Levi Strauss, Jacques Lacan, dan Michel Foucault.
a. Claude
Levi Strauss
Dalam
karya klasik tentang kaitan antara kekerabatan dan pertukaran, “The
Elementary Structures of Kinship”, tahun 1949, memperkenalkan dua
aspek penting antropologi Levi Strauss. Yang pertama adalah prinsip yang
mengatakan bahwa kehidupan social dan cultural tidak bisa dijelaskan secara
unik oleh satu versi fungsionalisme. Aspek penting lain dalam pendekatan
Strauss adalah lingkup. Bila banyak peneliti social membatasi penafsiran
tentang kehidupan sosial pada masyarakat tententu yang mereka teliti, Levi
Strauss menggunakan pendekatan universalis. Ia berpendapat bahwa setiap
masyarakat atau kultur menampilkan ciri – ciri yang juga banyak terdapat pada
kultur lain karena ini yakin bahwa yang membentuk manusia adalah dimensi
kultural, bukan alam. Struktur simbolik kekerabatan, bahasa, dan pertukaran
barang menjadi kunci mengenai pemahaman kehidupan sosial, bukan biologi.
Bagi
Strauss, “struktur” itu tidak identik dengan struktur empiris suatu masyarakat
tertentu, struktur itu tidak ada dalam realitas yang tampak. Dari ini, terdapat
kemenduaan Strauss antara jenis strukturalisme yang melihat struktur sebagai
suatu model abstrak yang dihasilkan dari analisis terhadap suatu fenomena
dengan pengertian struktur sebagai yang bersifat terner, yaitu yang secara
inheren mengandung sifat dinamis.
b. Jacques Lacan
Lacan
membaca ulang karya Freud untuk meninjau ulang teori tentang
subjektivitas dasn seksualitas dan menghidupkan kembali sekumpulan konsep.
Kemudian Lacan mengemukakan pandangannya bahwa yang paling mneghambat
pengetahuan tentang ciri revolusioner dan subversif. Karya – karya Freud adalah
pandangan bahwa ego merupakan hal yang terpenting untuk memahami perilaku
manusia.
Dengan
penekanan strukturalis pada bahasa sebagai suatu sistem perbedaan tanpa
pengertian positif, Lacan menonjolkan pentingnya bahasa dalam karya
Freud. Bahasa juga memegang peranan penting dalam suatu wawancara
psikoanalitis. Akan tetapi, bahasa bukan hanya pembawa informasi dan
pikiran; bukan hanya medium komunikasi. Lacan berpendapat bahwafaktor yang
membuat komunikasi cacat itu juga penting. Kesalahpahaman, kekacauan,
resonansi, dan berbagai macam kekacauan inilah yang memungkinkan Lacan
mengungkapkan aforismenya yang terkenal : “Kesadaran itu terstruktur seperti
bahasa.” Oleh karena itu, ketidaksadaran inilah mengganggu komunikasi,
bukan secara kebetulan melainkan mengikuti suatu keteraturan struktural.
c. Michel
Foucault (1926-1984)
Dalam
resume pertamanya yang berjudul, “ The Will to Truth” yang
membahas praktek – praktek diskurtif, ia mengatakan :
Kelompok
– kelompok yang teratur sekarang tidak berkesesuaian dengan karya-karya
individu.Meskipun muncul dan untuk pertama kali menjadi jelas dalam salah satu
dari mereka, ini berkembang cukup luas di luar mereka dan sering menyatukan
beberapa kelompok. Akan tetapi, mereka tidak selalu bersesuaian dengan yang
biasa kita sebut ilmu atau disiplin meskipun untuk sementara memiliki
perbatasan yang sama (Foucault, 1970-1982: 10).
Penjelasan
ini menggambarkan ciri inovatif dan individualis dari karyanya. Oleh sebab itu,
ia mengarahkan bahwa kita tidak dapat mereduksi praktek – praktek deskursif
menjadi disiplin akademik. Akan tetapi, praktek diskurtif adalah sebuah
keteraturan yang muncul dalam fakta artikulasi itu sendiri. Keteraturan suatu
diskursus itu bersifat tidak sadar.
Ke dua aliran yang telah dijelaskan di atas inilah yang paling berpengaruh besar dalam kehidupan kita. Diharapkan, untuk masa yang akan datang kita ke depannya bisa menjalankan segala aktifitas dengan baik dan terpola berdasarkan tujuan yang ingin kita peroleh tentu dengan melihat filsafat yang sudah ada lalu kita jadikan patokan atau tolak ukur sebagai langkah kita ke depan agar kita bisa menjadi lebih baik lagi.
http://pakdhekeong.blogspot.com/2013/04/makalah-filsafat-kontemporer.html
0 komentar:
Posting Komentar