Pages

Rabu, 10 Desember 2014

Pertanyaan Seputar Filsafat

Pertanyaan Filsafat yang terkadang tidak terpikir di benak kita sebelumnya:

1.      Kenapa huruf abjad hanya dari A sampai Z? apa gak ada huruf lain selain itu? Filosofinya dari mana?
2.      Angka 13 adalah angka sial. Apa ada filosofinya angka sial?
3.      Kenapa huruf abjad hanya dari A sampai Z? apa gak ada huruf lain selain itu? Filosofinya dari mana?
4.      Apa kodrat dari kenyataan?
5.      Dari manakah asal kreatifitas seseorang?
6.      Apa bedanya hidup dan sekadar ada di dunia?
7.      Apa itu kebebasan sejati? Apakah itu ada?
8.      Apakah ada aspek-aspek kehidupan yang tak bisa kita pahami?
9.      Mengapa rambut memutih saat tua?

Rabu, 03 Desember 2014

ASAL USUL RANGKASBITUNG

 Pada zaman dahulu, di daerah yang kini bernama Rangkasbitung. Konon, kata Rangkasbitung berasal dari kata rangkas dan bitung. rangkas artinya “Patah”, dan “bitung” merupakan nama pohon bambu. Bagaimana terjadinya Rangkasbitung ? Inilah kisahnya. 

Di sana tumbuh satu rumpun pohon bambu yang sangat banyak. Keberadaan pohon bambu itu membawa keberuntungan bagi penduduk. Mereka menjadikannya sebagai sumber mata pencaharian. Aneka anyaman dan peralatan rumah tangga dari bambu bisa mereka buat. Namun, karena menganggap pohon itu sebagai sumber kehidupan, mereka pun mengeramatkannya. Mereka menyembah pohon itu dan memberinya sesaji.

Pada suatu hari, seorang ulama datang ke daerah itu, ia melihat perbuatan musyrik yang dilakukan oleh penduduk. Dengan lembut, sang ulama menasihati mereka agar menghentikan perbuatan itu.

Ulama itu berkata “ Saudara – saudara, hentikanlah menyembah pohon itu, yang kalian lakukan itu musyrik hukumnya. Allah sangat tidak suka pada perbuatan itu,  berarti kalian telah menduakan-Nya. Hanya Allah lah yang patut kalian sembah. Ia yang menciptakan dunia ini dan seluruh isinya. Kita semua ciptaan-Nya. Begitu pula dengan pohon bambu yang kalian sembah itu. Jadi, sangat tidak pantas menyembahnya. Mintalah pada-Nya bila kalian mempunyai keinginan. Perbanyaklah berdoa pada-Nya agar apa yang kalian inginkam itu terkabul.”

Namun, tak seorang pun penduduk mau menuruti kata – kata ulama itu. Dengan sangat kasar, mereka pun mengusir sang ulama. Ulama itu akhirnya pergi dengan kesedihan yang mendalam. Dan tiba – tiba, angin datang menderu-deru. Angin itu berputar-putar sangat kencang.
Angin kencang menelikung daerah itu, tetapi sang ulama luput dari putaran angin itu. Diperhatikannya angin yang semakin lama semakin berputar keras.  Penduduk pun sangat ketakutan.

“Brakkk…!!!!!” Rumpun pohon bambu yang jadi sumber mata pencaharian penduduk itu tumbang diterjang angin kencang itu. Rumah-rumah warga pun roboh.
Angin kemudian berhenti. Penduduk banyak yang tewas tertimpa rumah-rumah yang roboh atau pepohonan yang tumbang. Dan banyak yang diterbangkan angin dan lenyap entah ke mana.
Sang ulama itu membangun perkampungan baru di daerah itu. Dibukanya sebuah pesantren. Banyak orang datang ke pesantren itu untuk belajar agama. Lalu, untuk mengingatkan orang bahwa di daerah itu pernah terjadi perbuatan musyrik dan agar perbuatan seperti itu tak terulang lagi, sang ulama memberi nama daerah itu “Rangkasbitung”.

Selasa, 02 Desember 2014

KENTONGAN DAN TELEPON : Studi Kasus Tentang Pergeseran Nilai Kekerabatan Dalam Masyarakat


Bumi mengelilingi matahari, dengan cepatnya hari-hari terinjak oleh kuasanya sang rahim waktu. Perkembangan zaman melesat lebih berkembang dibanding dengan zaman sebelumnya. Sehingga membawa manusia untuk mampu bersaing dalam berbagai hal yang menyangkut kelangsungan hidup, terutama dalam hal teknologi.
Dunia semakin datar ketika segala sesuatu yang kita inginkan bisa didapat dengan cepat dan mudah serta semakin sempit karena berbagai teknologi telah memudahkan komunikasi antar manusia di dunia. Tidak dapat dipungkiri bahwa memang keberadaannya sangat bermanfaat. Namun, disisi lain tetap ada hal-hal buruk yang dapat merugikan diri sendiri atau bahkan orang lain.
Teknologi, istilah ini apabila diucapkan yang akan terbayang oleh kita adalah alat-alat elektronik digital yang mungkin super canggih, super cepat, super lengkap dan sudah tentu harganya cukup mahal. Dengan bantuan alat-alat tersebut kita dapat lebih mudah dalam menjalani kehidupan dan lebih mudah pula berkomunikasi dengan orang-orang yang berada jauh dari kita.
Di era modern ini, dimana semua aspek kehidupan tak bisa dilepaskan dari keberadaan dan kebergantungan pada teknologi, hingga membuat perkembangan teknologi menjadi sedemikian pesatnya. Hal ini mungkin disebabkan karena permintaan masyarakat akan alat elektronik yang lebih canggih daripada sebelumnya. Berbagai temuan dan perkembangan teknologi informasi yang tidak pernah terbayangkan oleh generasi sebelumnya kini berada di depan mata.
Sekarang ini, teknologi yang sangat memudahkan kita untuk berkomunikasi dengan cepat adalah telepon. semua orang pasti tahu dengan telepon, bahkan banyak pula yang memiliki alat komunikasi tersebut. Sebuah alat yang diciptakan oleh seorang ilmuan terkenal dari Inggris, Alexander Graham Bell. Telepon merupakan alat komunikasi yang digunakan untuk menyampaikan pesan suara (terutama pesan yang berbentuk percakapan). Kebanyakan telepon beroperasi dengan menggunakan transmisi sinyal listrik dalam jaringan telepon sehingga memungkinkan pengguna telepon untuk berkomunikasi dengan pengguna lainnya. Karyanya ini sangat mendunia, sehingga banyak orang mengenal alat komunikasi tersebut. Keberadaan telepon pada semua aspek kehidupan ini pula yang secara langsung maupun tidak langsung dapat memberikan pengaruh pada pola interaksi, pada kehidupan sosial masyarakat.
Kita tidak akan pernah lepas dari yang namanya teknologi informasi seperti telepon, dari semenjak kita membuka mata dipagi hari sampai kita terlelap lagi dimalam hari. Karena memang telepon itu sendiri sering kita jumpai dilingkungan tempat tinggal kita. Memang, keberadaannya sudah tidak asing lagi. Bahkan, bisa dibilang bahwa teknologi informasi itu sudah menjadi kebutuhan pokok bagi masyarakat umumnya karena manfaatnya yang memberi kemudahan dalam berkomunikasi.
                Tapi, tahukah kita asal muasal dari teknologi informasi itu sendiri? Orang-orang zaman dahulu sudah mengenal dan menggunakan alat-alat komunikasi. Tentu alat-alatnya tidak secanggih yang sekarang. masyarakat mengenal teknologi informasi dari alat yang dibuat dari kayu berongga atau yang disebut dengan kentongan. Tahukah kamu apa itu kentongan? Kentongan adalah alat yang sering digunakan oleh masyarakat dulu. Alat ini digunakan dengan cara dipukul, sebuah alat yang terbuat dari batang bambu atau batang kayu yang dipahat kemudian diberi rongga di tengahnya. Kentongan berfungsi sebagai sarana komunikasi diantara penduduk desa. Sistem pemukulan atau pembunyian kentongan juga memiliki arti atau kode-kode tertentu. TONG TONG TONG TONG TONG ……. dipukul secara terus-menerus menandakan bahwa pada saat itu terjadi pencurian. Kode atau bunyi khas dari kentongan juga ada yang untuk menandakan supaya warga desa berkumpul, memberitahu jika ada bencana seperti gunung meletus dan lain sebagainya.  Bayangkan, kentongan itu hanya terbuat dari kayu atau bambu saja. Lantas, dengan tangan kreatif kayu itu disulap dan didesain sedemikian rupa sehingga terbentuk kentongan dengan bunyinya yang khas. Dengan segala sesuatu yang tradisional itu, pemikiran kita bisa berkembang, bahkan bisa menjadi budaya masyarakat Indonesia yang khas. Karena memang dengan sesuatu yang tradisional itu pikiran kita bisa lebih berkembang untuk membuat hal-hal baru tentunya.
 Di zaman itu, hampir semua masyarakat memiliki kentongan. Namun, seiring dengan berkembangnya zaman, lambat laun masyarakat sudah melupakan kentongan bahkan kini sudah tidak tahu lagi dengan kode-kode yang ditimbulkan dari suara kentongan itu. Meskipun sekarang ini masih banyak kita temui dalam masyarakat modern, namun fungsi kentongan sebagai alat komunikasi tradisional memiliki sejumlah kekurangan yang menyebabkan tergesernya kentongan tersebut. Dan kegunaan kentongan yang sederhana dan jangkauan suara yang sempit menyebabkan kentongan tidak menjadi alat komunikasi utama dalam kehidupan di dunia modern seperti sekarang ini.
Kentongan dengan bahan pembuatan dan ukurannya yang khas dapat dijadikan barang koleksi peninggalan seni budaya masa lalu yang dapat dipelihara untuk meningkatkan pemasukan Negara, karena memang kentongan merupakan peninggalan asli bangsa Indonesia dan memiliki nilai sejarah yang tinggi, perawatannya juga sangatlah sederhana tanpa memerlukan tindakan-tindakan khusus untuk merawatnya.
Mengikuti segala perkembangan yang ada di dunia ini, tentunya kita tidak ingin dibilang ketinggalan zaman. Sehingga kita terbuai dengan maraknya teknologi informasi yang menghujam negeri kita.
Modernisasi bisa berubah dari masa pra modern menuju masa modern. Hal ini merupakan tantangan bagi Bangsa Indonesia untuk dapat menyikapi secara bijaksana karena adanya pertukaran unsur-unsur budaya dikarenakan era globalisasi yang semakin pesat. Globalisasi merupakan suatu gejala terbentuknya suatu sistem organisasi dan komunikasi yang mengikuti system nilai dan kaidah yang sama antara masyarakat di seluruh dunia karena adanya kemajuan teknologi informasi sehingga memperlancar interaksi antar warga dunia. Dengan kemajuan teknologi dan komunikasi tentunya bisa merubah semuanya menjadi lebih baik dan terarah. Pesatnya perubahan dalam bidang teknologi informasi juga membawa banyak perubahan budaya bagi masyarakat, karena dengan menggunakan media ini banyak hal yang dapat kita lakukan, dan lebih banyak sumber ilmu pengetahuan yang dapat kita akses meskipun tentunya disertai dengan berbagai pengaruh negatif yang termasuk didalamnya. Memang, ketiadaan batas ruang dan waktu membuat orang berlomba-lomba menciptakan beragam penemuan yang lebih praktis dan lebih luas jangkauannya.
Yah, kita juga tidak menutup mata dari perkembangan teknologi itu sendiri. Memang fasilitas yang disediakan teknologi-teknologi di zaman modern seperti sekarang ini memanjakan manusia karena banyak kemudahan yang dapat dirasakan oleh setiap insan. Lewat media itu, terdapat berbagai ilmu yang dapat kita contoh dan kita kembangkan untuk memajukan bangsa Indonesia sehingga kita bisa sejajar atau menyaingi Negara-negara lain dikancah Internasional. Selain itu, kita kita juga dapat membawa efisiensi biaya dan tenaga. Karena bersamanya kita dapat melakukan berbagai kegiatan dengan lebih mudah dan cepat.
Masyarakat Indonesia mengalami pergeseran nilai kekerabatan sebuah teknologi informasi dari tradisional menjadi modern. Perubahan itu tentunya membawa dampak yang besar bagi masyarakat. Namun kembali ke pengguna itu sendiri, apabila kita  menggunakan teknologi informasi tersebut  dalam jalur positif, tentunya akan dirasa bermanfaat untuk kita. Namun sebaliknya, jika kita memakai teknologi informasi dalam jalur negatif, maka akan dirasa kerugiannya.
Dari segi trend dan gaya hidup, masyarakat di pedalaman kini tak mau tertinggal dengan masyarakat kota. Perkembangan teknologi seluler yang dibarengi dengan perkembangan telepon ponsel yang kini juga sedang marak-maraknya terjadi. Sebuah alat yang fungsinya hampir sama dengan telepon seluler namun alat ini lebih fleksibel, bisa digunakan kemanapun, kapanpun dan dimanapun. Dengan berbagai merek membuat masyarakat khususnya para remaja  mengikuti trend berganti-ganti telepon seluler dengan seri terbaru. Kini, bagi masyarakat pedalaman, kehadiran teknologi komunikasi bukan lagi menjadi kebutuhan, tetati sudah menjadi bagian dari perilaku kehidupan. Karena manfaatnya juga memberikan konstribusi yang tinggi bagi pengembangan kompetensi social masyarakat. Pengunaan telepon seluler memang bukan lagi sebagai alat berkomunikasi semata, melainkan juga mendorong terbentuknya interaksi sosial yang sama sekali berbeda dengan interaksi tatap muka. Orang yang tidak suka tampil di tempat umum bisa melakukan interaksi dan komunikasi sosial dengan yang lainnya, sambil mempertahankan ruang pribadinya sendiri. Artinya, seseorang bisa berada di ruang publik meskipun secara fisik dia tidak berada disana.
Beberapa penelitian memperlihatkan, penggunaan telepon seluler memberi kontsribusi yang cukup besar untuk anak untuk dapat mengembangkan kompetensi sosialnya. Misalnya, kecepatan bereaksi dan beradaptasi dalam menghadapi situasi yang tidak diprediksikan sebelumnya. Dia juga bisa mengembangkan kemampuan berbicara dan membahas topik-topik diluar perkiraannya. Melalui telepon seluler, si anak belajar dengan cepat untuk menilai sifat dan karakteristik lawan bicaranya meski tak pernah bertemu. Dengan sendirinya, ia juga belajar dengan cepat berperilaku dengan kelompok bicara yang baru dikenalnya. Ini semua terjadi karena sering kali menerima telepon diluar waktu yang diharapkan, juga dengan topik yang tak terpikirkan sebelumnya. Namun, telepon menjadikan anak malas sehingga menurunnya minat belajar mereka.
 Berkomunikasi melalui telepon ternyata berdampak pula pada norma yang berlaku dalam masyarakat. Dulu, jika berkomunikasi dengan orang lain perlu bertemu dan bertatap muka. Dengan orang yang lebih tua akan membuat kita merasa sungkan dan menjaga sikap ketika berkomunikasi. Tetapi, dengan adanya telepon, kita berkomunikasi tanpa bertatap muka dengan lawan bicara kita. Kemudahan ini ternyata membuat orang terkadang lupa dan menyamakan semua orang baik itu yang lebih tua ataupun yang lebih muda ketika berkomunikasi. Hal ini mungkin disebabkan karena yang dihadapi ketika berkomunikasi ialah medianya (dalam hal ini telepon) tanpa bertemu si individu langsung.
Zaman yang merubah segalanya, dengan perkembangannya teknologi mampu membuat orang-orang untuk tidak berpikir keras dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Semuanya menjadi serba instan. Itulah yang selama ini belum kita sadari. Tidak ada proses didalamnya, padahal dengan proseslah kita bisa mendapat hasil yang baik.
Untuk mempelajari pergeseran nilai teknologi informasi, maka perlu diketahui sebab-sebab yang melatarbelakangi terjadinya proses pergeseran itu, apabila diteliti lebih mendalam mengenai sebab terjadinya suatu pergeseran teknologi informasi dalam masyarakat mungkin saja dikarenakan adanya suatu yang dianggap sudah tidak lagi memuaskan, serta mungkin juga pergeseran terjadi karena adanya faktor baru yang lebih memuaskan masyarakat sebagai pengganti faktor yang lama itu, atau mungkin juga suatu masyarakat mengalami pergeseran nilai teknologi informasi karena terpaksa demi untuk menyesuaikan suatu faktor dengan faktor-faktor lain yang sudah mengalami perubahan terlebih dahulu. Faktor-faktor tersebut antara lain : sistem terbuka lapisan masyarakat sehingga terjadi kontak dengan kebudayaan lain, sikap menghargai hasil karya seseorang dan keinginan-keinginan untuk maju, serta ketidakpuasan masyarakat terhadap bidang-bidang kehidupan tertentu.
                Jika globalisasi itu memberi pengaruh, nilai dan praktik yang positif, maka seharusnya ini menjadi tantangan untuk bagi bangsa Indonesia untuk mampu menyerapnya, terutama untuk hal-hal yang tidak mengalami benturan dengan pengaruh lokal atau nasional. Dengan kata lain, bagaimana agar nilai-nilai positif yang ada dapat dipraktekan di tengah-tengah masyarakat kita. Seperti halnya kita yang sering menggunakan berbagai teknologi harus dibarengi dengan kedisiplinan dan kerja keras, jangan hanya mengambil enaknya saja, bagaimanapun kerja keras itu penting. Disinilah seharusnya kita mampu memberi bimbingan kearah yang lebih baik. Semoga kita dapat memanfaatkan media teknologi informasi dan komunikasi ini secara optimal dan pada porsi yang tepat.

Revisi Artikel "Filsafat Idealisme dalam Pendidikan di Sekolah"



Nama
Wildan Syaprowi
Semester
IIIB
No Absen
08




Kata filsafat atau falsafat, berasal dari bahasa Yunani. Kalimat ini berasal dari kata Philosophia yang berarti cinta pengetahuan. Terdiri dari kata philos yang berarti cinta, senang, suka, dan kata sophia berarti pengetahuan, hikmah, dan kebijaksanaan. Dengan demikian filsafat adalah cinta kepada ilmu pengetahuan atau kebenaran, suka kepada hikmah dan kebijaksanaan. Filsafat dilihat dari fungsinya secara praktis adalah sebagai sarana bagi manusia untuk dapat memecahkan berbagai problematika kehidupan yang dihadapinya, termasuk problematika dalam bidang pendidikan. Oleh karena itu bila dihubungkan dengan problematika pendidikan secara luas, maka dapat disimpulkan bahwa filsafat merupakan kerangka acuan bidang filsafat pendidikan, guna mewujudkan cita-cita pendidikan yang diharapkan suatu masyarakat atau bangsa.

A.    Tinjauan Umum tentang Filsafat Idealisme
Tokoh Filsafat Idealisme Plato
Plato merupakan salah satu tokoh aliran idealisme.Plato adalah filsuf pertama yang mengembangkan prinsip-prinsip filsafat idealisme. Secara historis, idealisme diformulasikan dengan jelas pada abad IV sebelum masehi oleh Plato (427-347 SM) di Athena. Selama Plato hidup, Athena adalah kota yang berada dalam kondisi transisi (peralihan). Peperangan bangsa Persia telah mendorong Athena memasuki era baru. Seiring dengan adanya peperangan-peperangan tersebut, perdagangan dan perniagaan tumbuh subur dan orang-orang asing tinggal diberbagai penginapan Athena dalam jumlah besar untuk meraih keuntungan mendapatkan kekayaan yang melimpah. Dengan adanya hal itu, muncul berbagai gagasan-gagasan baru ke dalam lini budaya bangsa Athena. Gagasan-gagasan baru tersebut dapat mengarahkan warga Athena untuk mengkritisi pengetahuan & nilai-nilai tradisional. Saat itu pula muncul kelompok baru dari kalangan pengajar (para Shopis). Ajarannya memfokuskan pada individualisme, karena mereka berupaya menyiapkan warga untuk menghadapi peluang baru terbentuknya masyarakat niaga. Penekanannya terletak pada individualisme, hal itu disebabkan karena adanya pergeseran dari budaya komunal masa lalu menuju relativisme dalam bidang kepercayaan dan nilai.
Aliran filsafat Plato dapat dilihat sebagai suatu reaksi terhadap kondisi perubahan terus-menerus yang telah meruntuhkan budaya Athena lama. Ia merumuskan kebenaran sebagai sesuatu yang sempurna dan abadi (eternal). Dan sudah terbukti, bahwa dunia eksistensi keseharian senantiasa mengalami perubahan. Dengan demikian, kebenaran tidak bisa ditemukan dalam dunia materi yang tidak sempurna dan berubah. Plato percaya bahwa disana terdapat kebenaran yang universal dan dapat disetujui oleh semua orang. Contohnya dapat ditemukan pada matematika, bahwa 5 + 7 = 12 adalah selalu benar (merupakan kebenaran apriori), contoh tersebut sekarang benar, dan bahkan di waktu yang akan datang pasti akan tetap benar.
Idealisme dengan penekanannya pada kebenaran yang tidak berubah, berpengaruh pada pemikiran kefilsafatan. Selain itu, idealisme ditumbuh kembangkan dalam dunia pemikiran modern. Tokoh-tokohnya antara lain: Immanuel Kant (1724-1804), Pascal (1623-1662), J. G. Fichte (1762-1914 M), dll (Sumber Bacaan: www. luphypamali.blogspot.com) .


Pandangan Filsafat Ideologi Pendidikan yang Terjadi Sekolah
Idealisme sangat concern tentang keberadaan sekolah.  Pendidikan harus terus eksis sebagai lembaga untuk proses pemasyarakatan manusia sebagai kebutuhan spiritual, dan tidak sekadar kebutuhan alam semata. Para murid yang menikmati pendidikan di masa aliran idealisme sedang gencar-gencarnya diajarkan, memperoleh pendidikan dengan mendapatkan pendekatan .(approach) secara khusus. Sebab, pendekatan dipandang sebagai cara yang sangat penting. Seorang guru mesti masuk ke dalam pemikiran terdalam dari anak didik, sehingga kalau perlu ia berkumpul hidup bersama para anak didik. Guru jangan hanya membaca beberapa kali spontanitas anak yang muncul.
Bagi aliran idealisme, anak didik merupakan seorang pribadi tersendiri, sebagai makhluk spiritual. Mereka yang menganut paham idealisme senantiasa memperlihatkan bahwa apa yang mereka lakukan merupakan ekspresi dari keyakinannya, sebagai pusat utama pengalaman pribadinya sebagai makhluk spiritual. Tentu saja, model pemikiran filsafat idealisme ini dapat dengan mudah ditransfer ke dalam sistem pengajaran dalam kelas. Guru yang menganut paham idealisme biasanya berkeyakinan bahwa spiritual merupakan suatu kenyataan, mereka tidak melihat murid sebagai apa adanya, tanpa adanya spiritual.
Sejak idealisme sebagai paham filsafat pendidikan menjadi keyakinan bahwa realitas adalah pribadi, maka mulai saat itu dipahami tentang perlunya pengajaran secara individual. Pola pendidikan yang diajarkan fisafat idealisme berpusat dari idealisme. Pengajaran tidak sepenuhnya berpusat dari anak, atau materi pelajaran, juga bukan masyarakat, melainkan berpusat pada idealisme. Maka, tujuan pendidikan menurut paham idealisme terbagai atas tiga hal, tujuan untuk individual, tujuan untuk masyarakat, dan campuran antara keduanya.
Pendidikan idealisme untuk individual antara lain bertujuan agar anak didik bisa menjadi kaya dan memiliki kehidupan yang bermakna, memiliki kepribadian yang harmonis dan penuh warna, hidup bahagia, mampu menahan berbagai tekanan hidup, dan pada akhirnya diharapkan mampu membantu individu lainnya untuk hidup lebih baik. Sedangkan tujuan pendidikan idealisme bagi kehidupan sosial adalah perlunya persaudaraan sesama manusia. Karena dalam spirit persaudaraan terkandung suatu pendekatan seseorang kepada yang lain. Seseorang tidak sekadar menuntuk hak pribadinya, namun hubungan manusia yang satu dengan yang lainnya terbingkai dalam hubungan kemanusiaan yang saling penuh pengertian dan rasa saling menyayangi. Sedangkan tujuan secara sintesis dimaksudkan sebagai gabungan antara tujuan individual dengan sosial sekaligus, yang juga terekspresikan dalam kehidupan yang berkaitan dengan Tuhan.
Guru dalam sistem pengajaran yang menganut aliran idealisme berfungsi sebagai: (1) guru adalah personifikasi dari kenyataan si anak didik; (2) guru harus seorang spesialis dalam suatu ilmu pengetahuan dari siswa; (3) Guru haruslah menguasai teknik mengajar secara baik; (4) Guru haruslah menjadi pribadi terbaik, sehingga disegani oleh para murid; (5) Guru menjadi teman dari para muridnya; (6) Guru harus menjadi pribadi yang mampu membangkitkan gairah murid untuk belajar; (7) Guru harus bisa menjadi idola para siswa; (8) Guru harus rajib beribadah, sehingga menjadi insan kamil yang bisa menjadi teladan para siswanya; (9) Guru harus menjadi pribadi yang komunikatif; (10) Guru harus mampu mengapresiasi terhadap subjek yang menjadi bahan ajar yang diajarkannya; (11) Tidak hanya murid, guru pun harus ikut belajar sebagaimana para siswa belajar; (12) Guru harus merasa bahagia jika anak muridnya berhasil; (13) Guru haruslah bersikap dmokratis dan mengembangkan demokrasi; (14) Guru harus mampu belajar, bagaimana pun keadaannya.
Kurikulum yang digunakan dalam pendidikan yang beraliran idealisme harus lebih memfokuskan pada isi yang objektif. Pengalaman haruslah lebih banyak daripada pengajaran yang textbook. Agar supaya pengetahuan dan pengalamannya senantiasa aktual.

https://dakir.wordpress.com/2009/03/07/pengertian-obyek-kajian-fungsi-dan-tugas-filsafat-pendidikan/
http://novi-ariyaniasparagus.blogspot.com/2012/06/filsafat-idealisme-dan-materialisme-di.html